Tataaran, 6 oktober 2013 (1:53 AM)
![]() |
Barnabas Collins |
Suatu hari di desa
Tataaran Tondano tinggalah seorang pria yang dari perantauan sebelah atau dari
desa Tumondei. pria yang berperawakan manis, hidung yang mancung dan rambut
tidak terlalu panjang, kira-kira mirip Rezky Aditia namun sedikit berbada
karena kulit yang sawo matang. Sebut saja namanya Allo. panggilan Allo bukanlah
nama yang sebenarnya dari pria tersebut Karena, ada tradisi yang dari
turun-temurun di pakai oleh orang Minahasa
dan dari suku Tontemban memakai nama Allo untuk
panggilan Laki-laki (panggilan sayang-sayang) dan untuk perempuan mereka
menggunakan nama Ineng. Nama Allo sebenarnya adalah Eping namun, karena mereka
menghormati budaya. mereka tetap menjaga budaya mereka dengan cara yang salah
satunya ini. agar tidak hilang atau bahkan di klaim orang luar bahwa itu adalah
budaya mereka.
Singkat
cerita Allo adalah Mahasiswa yang menimba ilmu di salah satu Universitas yang
tempatnya berada di desa Tataaran. Saat ini Allo sudah berada di tingkat lima
atau semester lima dan dia mengambil
jurusan pendidikan kewarga negaraan atau yang biasa meraka sebut PKN. Allo
terkenal jarang pulang kampung karena dia berpikir perjalanan yang jauh dan
membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk dia yang adalah mahasiswa. Berbada
dengan teman-temannya yang sekampung dengan dia yang hampir setiap minggu ada
yang pulang. Dan disitulah selalu Allo mengambil kesempatan untuk meminta bantuan agar supaya
menyampaikan pesanannya dan berharap mendapat balasan yang memuaskan. Terkadang
ada yang membuat Allo merasa kesal ketika dia menitip pesanan untuk di
sampaikan kepada orang tuanya namun tidak tersampaikan, mereka kembali dengan
mengatakan bahwa mereka lupa menyampaikan ataupun dengan sengaja mereka tidak
menyampaikan pesanan. Namun Allo selalu tidak mengambil hati dengan masalah itu
karena dia juga hanya meminta bantuan. Maka dari itu banyak kali dia menahan
lapar karena sudah tidak punya apa-apa lagi. Sering kali dia selalu membuang jauh
rasa malunya kepada teman-teman yang di kenalnya untuk meminta makanan untuk di
makan dan seringkali dia sedikit menanggung malu karena, ada teman yang
bertanya “kyapa ngana kurang baba jalang cari-cari makang e? sama deng nda tahu
malu” ungkapan yang keluar dari temannya tersebut hanya bercanda namun, dia
merasa itu adalah sindiran terhadapnya yang selalu mencari makanan.
Suatu
hari karena dia selalu terpikir dengan kata-kata yang di keluarkan salah satu
teman sekampungnya, dia berinisiatif
untuk tidak lagi mendekati mereka selain tujuan mencari makanan. Hidup
Allo ketika selesai kuliah dia langsung pulang jika tidak ada agenda lain yang
organisasinya buat. Di tempat kosnya Allo ada beberapa sahabat yang lebih
senior darinya selalu berdiskusi mengenai filsafat dan mereka selalu mengangkat
topik yang pada ujungnya terdapat kesimpulan yang berbeda dari harapan mereka.
Misalnya ketika mereka berdiskusi mengenai agama yang saat ini sudah tidak
berjalan lagi sebagaimana mestinya karena mereka melihat peran gereja sudah
tidak mengajarkan pesan ataupun perjalanan Yesus ketika dia menjadi manusia.
Mereka berpendapat bahwa gereja saat ini sudah menjadi sarang penyamun seperti
yang Yesus katakan. Mereka mengambil contoh gereja yang berada di kampung asal
mereka yang saat ini sementara membangun gedung gereja. Hal apapun mereka
lakukan meskipun itu sudah bertentangan dengan ajaran yang Tuhan mereka ajarkan bahwa jangan pernah
menjadikan rumah Doa sebagai sarang penyamun. Demi mempercepat pembangunan
gereja mereka, orang-orang yang berada dalam lingkaran setan tersebut sudah
tidak menghiraukan bahwa yang mereka lalukan sudah salah atau mungkin mereka
yang sengaja perpura-pura tidak tahu. Gereja di desa mereka mendapat bantuan
oleh salah satu perusahan rokok yang terkenal dan mereka mendapat tugas untuk
menjual rokok tersebut untuk mendapatkan imbalan yang di janjikan perusahan
tersebut. Anehhnya, ketika hari minggu yang adalah tradisi orang Kristen
protestan untuk beribadah mereka mendapati di sekeliling gereja sudah berkibar
dengan megahnya bendera dari rokok tersebut dengan poster-poster yang sudah
mengelilingi gereja tersebut, anehnya orang-orang yang datang beribadah tidak
mengiraukan itu seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
Ketika,
ibadah selesai ada tradisi selesai beribadah harus saling berjabat tangan tanda
bahwa mereka mendapat berkat dari Tuhan. dan mereka melihat semua yang berjabat
tangan dengan pemimpin ibadah memegang uang dan langsung menyerahkan dengan
cara berjabat tangan. Sungguh hal yang sangat sulit di percaya. Mereka berpikir
begaimana dengan orang-orang yang ingin beribadah namun tidak mempunyai uang
untuk di berikan kepada pemimpin yang dengan dada kedepan naik di atas mimbar
berbicara kepada jemaat bahwa untuk dapat masuk di kerajaan surga adalah
percaya percaya dan percaya. Sementara perjalananYesus sewaktu dia menjadi
manusia di abaikan dan dengan lantang mengatakan berilah perpulahan! jemaatnya
tidak tahu uang perpuluhan itu hanya masuk di kantung para petinggi-petinggi
gereja. Mereka berpendapat bahwa “yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin dan di bodohi oleh berbagai kata-kata bijak yang sengaja di
ambil dari ayat Alkitab untuk menipu”.
Dari
salah satu diskusi di atas mereka terus mencari kebenaran yang dinilai oleh
mereka dapat menguntungkan dan dapat terlihat peran gereja yang sesungguhnya.
Setelah selesai berdiskusi ada hal yang sangat sulit di hilangan Allo bahkan
sudah sampai kecanduan yaitu online yang setiap harinya dia selalu memperbarui
statusnya di facebook. Setiap kali dia melakukan pembaruan status dia selalu
mengkritik mengenai Agama yang di percayainya karena sejauh pemahaman mereka
Agama sudah menjadi salah satu barang yang di jual oleh para
petinggi-petingginya.
Tak
di sadari oleh Allo, setiap kali dia mengkritik lewat akun facebooknya,
tulisannya selalu di baca oleh salah satu petinggi gereja di kampungnya dan
karena Allo sudah teropsesi dengan filmyang di nontonnya yaitu film Dark Shadow
yang pemeran utamanya Johnny Deep di film itu menceritakan bagaimana sisi gelap
dari manusia yang saling memangsa seperti vampire. Allo selalu memasukan
foto-foto karakter vampire yang di perankan di film tersebut, dan saking
teropsesinya dia meminta salah satu temannya untuk membuat mack up seperti
karakter dalam film tersebut dan langsung di ubload di facebook.
Seminggu
berlalu dan tiba-tiba Allo mendapat telpon dari orang tuanya dengan nada yang
keras mengatakan “kyapa kata ngana baba tulis di fesbuk tu nda waarwaar na
anak? Dorang ja bilang ngana so jadi ateis! Iko-iko deng tu orang so nda
percaya Tuhan”! mendengar kata-kata tersebut Allo terkejut dan mungkin karena
pulsa yang habbis atau gangguan yang terjadi sehinga dia tidak sempat merespon
kembali pertanyaan dari ibunya. Seperti biasa ketika Allo pulang kos dia
langsung cepat-cepat membuka facebook dan tiga pemberitahuan, satu permintaan
pertemanan yang tidak di tanggapi oleh Allo karena dia melihat tidak ada
penjelasan tentang orang yang meminta pertmenan tersebut. Ketiika Allo
mengarahkan kursor ke-pemberitahuan dia mendapati dua pemberitahuan bahwa
statusnya di sukai dan yang satu lagi Ineng mengirim sesuatu di kronologinya.
Dengan cepat dia membuka pesan tersebut dan dia membacanya dalam hati kiriman
dari Ineng “Allo, lebe bae torang dua suda jo ba tamang. Dari, kita ja dengar
dari guru-guru tu satu skolah deng kita, ja bilang pa ngana pe mama di ruangan
guru ngana so nda percaya Tuhan kong kita ja kase blajar ngana supaya mo jadi
ateis”. Membaca tulisan tersebut Allo tiba-tiba kaget dan sudah tidak tahu
harus menjawab apa dari kiriman yang di berikan Ineng. Tapi, dia yakin Ineng
tidak mungkin menjauhinya. Allo teringat saat berada di kampung Allo, Ineng dan
beberapa teman lainnya pergi ke salah satu tempat bersejarah/peninggalan di
desa mereka dan mereka mengadakan ibadah dalam ritual/ibadah tapi bentuknya
mengggunakan bahasa Tontemboan. Dalam perjalan menuju ketempat tersebut Allo
dan kawan-kawan langsung di kagetkan dengan teriakan “heee… anak-anak setang mo
ba pa disana ngoni? So setang ngoni!” mendengar hal tersebut Allo dan
kawan-kawan tidak mengiraukan teriakan tersebut dan langsung menuju ketempat
tujuan mereka. Dan setelah selesai Allo, Ineng, dan kawan-kawan lainnya
langsung mengarah kerumah seorang yang meneriaki mereka dan langsung
menjelaskan bahwa tujuan mereka kesana bukan untuk menyembah tempat itu tapi, karena
tempat itu mempunyai sejarah yang mana itu adalah bukti dimana pernah ada
manusia yang tinggal disana sebelum ada mereka, dan mereka kesana agar supaya
peningalan dalam bentuk artefak tidak akan di lupakan. Ineng memberikan
pertanyaan kepada orang tersebut “apa
beda orang pigi di kubur stiap kali pergantian taun deng kami da pigi disitu”?
ibu itu terdiam dan dari raut wajah ibu itu Allo melihat ibu itu sudah memahami namun masih meresa
gengsi untuk mengakui kesalahannya. Namun, mereka percaya bahwa usaha untuk
menyadarkan masyarakat untuk cinta akan budaya tidak langsung di tekan ibarat
membantingkan ster motor sesuka hati. Seketika Allo langsung matikan
facebooknya dan berpikir kenapa mereka tanpa berpikir panjang langsung menjudge
dia ateis.
Selang
beberapa hari Allo kembali bertanya kepada
Ineng namun, sudah tidak lewat FB lagi tetapi, sudah lewat via tlp dan dia
bertanya mengenai masalah yang sudah di katakan Ineng beberapa hari yang lalu
dan dia mengatakan bahwa dia sudah memberikan penjelasan kepada ibu Allo
mengenai masalahnya karena kebetulan Ineng dan ibunya satu sekolah dan ibunya
memahaminya. mengenai teman-teman Ineng yang mengatakan hal yang tanpa di kaji lebih dalam sudah di
simpulkan Ineng mengatakan “mungkin mereka tidak membaca Amsal 1:7” dan
mendengar hal tersebut Allo dengan tertawa kecilnya sambil mengatakan “iyo
kang” dalam hati Allo bertanya kira-kira Amsal 1;7 itu apa isinya? Allo pun
cepat-cepat membuka Alkitab dan membacanya “Takut akan Tuhan permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar