Laman

Senin, 25 November 2013

Atheis


                                                   Tataaran, 6 oktober 2013 (1:53 AM)

Barnabas Collins
Suatu hari di desa Tataaran Tondano tinggalah seorang pria yang dari perantauan sebelah atau dari desa Tumondei. pria yang berperawakan manis, hidung yang mancung dan rambut tidak terlalu panjang, kira-kira mirip Rezky Aditia namun sedikit berbada karena kulit yang sawo matang. Sebut saja namanya Allo. panggilan Allo bukanlah nama yang sebenarnya dari pria tersebut Karena, ada tradisi yang dari turun-temurun di pakai oleh orang Minahasa  dan dari suku Tontemban memakai nama Allo untuk panggilan Laki-laki (panggilan sayang-sayang) dan untuk perempuan mereka menggunakan nama Ineng. Nama Allo sebenarnya adalah Eping namun, karena mereka menghormati budaya. mereka tetap menjaga budaya mereka dengan cara yang salah satunya ini. agar tidak hilang atau bahkan di klaim orang luar bahwa itu adalah budaya mereka.
            Singkat cerita Allo adalah Mahasiswa yang menimba ilmu di salah satu Universitas yang tempatnya berada di desa Tataaran. Saat ini Allo sudah berada di tingkat lima atau semester lima  dan dia mengambil jurusan pendidikan kewarga negaraan atau yang biasa meraka sebut PKN. Allo terkenal jarang pulang kampung karena dia berpikir perjalanan yang jauh dan membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk dia yang adalah mahasiswa. Berbada dengan teman-temannya yang sekampung dengan dia yang hampir setiap minggu ada yang pulang. Dan disitulah selalu Allo mengambil  kesempatan untuk meminta bantuan agar supaya menyampaikan pesanannya dan berharap mendapat balasan yang memuaskan. Terkadang ada yang membuat Allo merasa kesal ketika dia menitip pesanan untuk di sampaikan kepada orang tuanya namun tidak tersampaikan, mereka kembali dengan mengatakan bahwa mereka lupa menyampaikan ataupun dengan sengaja mereka tidak menyampaikan pesanan. Namun Allo selalu tidak mengambil hati dengan masalah itu karena dia juga hanya meminta bantuan. Maka dari itu banyak kali dia menahan lapar karena sudah tidak punya apa-apa lagi. Sering kali dia selalu membuang jauh rasa malunya kepada teman-teman yang di kenalnya untuk meminta makanan untuk di makan dan seringkali dia sedikit menanggung malu karena, ada teman yang bertanya “kyapa ngana kurang baba jalang cari-cari makang e? sama deng nda tahu malu” ungkapan yang keluar dari temannya tersebut hanya bercanda namun, dia merasa itu adalah sindiran terhadapnya yang selalu mencari makanan.
            Suatu hari karena dia selalu terpikir dengan kata-kata yang di keluarkan salah satu teman sekampungnya, dia berinisiatif  untuk tidak lagi mendekati mereka selain tujuan mencari makanan. Hidup Allo ketika selesai kuliah dia langsung pulang jika tidak ada agenda lain yang organisasinya buat. Di tempat kosnya Allo ada beberapa sahabat yang lebih senior darinya selalu berdiskusi mengenai filsafat dan mereka selalu mengangkat topik yang pada ujungnya terdapat kesimpulan yang berbeda dari harapan mereka. Misalnya ketika mereka berdiskusi mengenai agama yang saat ini sudah tidak berjalan lagi sebagaimana mestinya karena mereka melihat peran gereja sudah tidak mengajarkan pesan ataupun perjalanan Yesus ketika dia menjadi manusia. Mereka berpendapat bahwa gereja saat ini sudah menjadi sarang penyamun seperti yang Yesus katakan. Mereka mengambil contoh gereja yang berada di kampung asal mereka yang saat ini sementara membangun gedung gereja. Hal apapun mereka lakukan meskipun itu sudah bertentangan dengan ajaran yang  Tuhan mereka ajarkan bahwa jangan pernah menjadikan rumah Doa sebagai sarang penyamun. Demi mempercepat pembangunan gereja mereka, orang-orang yang berada dalam lingkaran setan tersebut sudah tidak menghiraukan bahwa yang mereka lalukan sudah salah atau mungkin mereka yang sengaja perpura-pura tidak tahu. Gereja di desa mereka mendapat bantuan oleh salah satu perusahan rokok yang terkenal dan mereka mendapat tugas untuk menjual rokok tersebut untuk mendapatkan imbalan yang di janjikan perusahan tersebut. Anehhnya, ketika hari minggu yang adalah tradisi orang Kristen protestan untuk beribadah mereka mendapati di sekeliling gereja sudah berkibar dengan megahnya bendera dari rokok tersebut dengan poster-poster yang sudah mengelilingi gereja tersebut, anehnya orang-orang yang datang beribadah tidak mengiraukan itu seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
            Ketika, ibadah selesai ada tradisi selesai beribadah harus saling berjabat tangan tanda bahwa mereka mendapat berkat dari Tuhan. dan mereka melihat semua yang berjabat tangan dengan pemimpin ibadah memegang uang dan langsung menyerahkan dengan cara berjabat tangan. Sungguh hal yang sangat sulit di percaya. Mereka berpikir begaimana dengan orang-orang yang ingin beribadah namun tidak mempunyai uang untuk di berikan kepada pemimpin yang dengan dada kedepan naik di atas mimbar berbicara kepada jemaat bahwa untuk dapat masuk di kerajaan surga adalah percaya percaya dan percaya. Sementara perjalananYesus sewaktu dia menjadi manusia di abaikan dan dengan lantang mengatakan berilah perpulahan! jemaatnya tidak tahu uang perpuluhan itu hanya masuk di kantung para petinggi-petinggi gereja. Mereka berpendapat bahwa “yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin dan di bodohi oleh berbagai kata-kata bijak yang sengaja di ambil dari ayat Alkitab untuk menipu”.
            Dari salah satu diskusi di atas mereka terus mencari kebenaran yang dinilai oleh mereka dapat menguntungkan dan dapat terlihat peran gereja yang sesungguhnya. Setelah selesai berdiskusi ada hal yang sangat sulit di hilangan Allo bahkan sudah sampai kecanduan yaitu online yang setiap harinya dia selalu memperbarui statusnya di facebook. Setiap kali dia melakukan pembaruan status dia selalu mengkritik mengenai Agama yang di percayainya karena sejauh pemahaman mereka Agama sudah menjadi salah satu barang yang di jual oleh para petinggi-petingginya.
            Tak di sadari oleh Allo, setiap kali dia mengkritik lewat akun facebooknya, tulisannya selalu di baca oleh salah satu petinggi gereja di kampungnya dan karena Allo sudah teropsesi dengan filmyang di nontonnya yaitu film Dark Shadow yang pemeran utamanya Johnny Deep di film itu menceritakan bagaimana sisi gelap dari manusia yang saling memangsa seperti vampire. Allo selalu memasukan foto-foto karakter vampire yang di perankan di film tersebut, dan saking teropsesinya dia meminta salah satu temannya untuk membuat mack up seperti karakter dalam film tersebut dan langsung di ubload di facebook.
            Seminggu berlalu dan tiba-tiba Allo mendapat telpon dari orang tuanya dengan nada yang keras mengatakan “kyapa kata ngana baba tulis di fesbuk tu nda waarwaar na anak? Dorang ja bilang ngana so jadi ateis! Iko-iko deng tu orang so nda percaya Tuhan”! mendengar kata-kata tersebut Allo terkejut dan mungkin karena pulsa yang habbis atau gangguan yang terjadi sehinga dia tidak sempat merespon kembali pertanyaan dari ibunya. Seperti biasa ketika Allo pulang kos dia langsung cepat-cepat membuka facebook dan tiga pemberitahuan, satu permintaan pertemanan yang tidak di tanggapi oleh Allo karena dia melihat tidak ada penjelasan tentang orang yang meminta pertmenan tersebut. Ketiika Allo mengarahkan kursor ke-pemberitahuan dia mendapati dua pemberitahuan bahwa statusnya di sukai dan yang satu lagi Ineng mengirim sesuatu di kronologinya. Dengan cepat dia membuka pesan tersebut dan dia membacanya dalam hati kiriman dari Ineng “Allo, lebe bae torang dua suda jo ba tamang. Dari, kita ja dengar dari guru-guru tu satu skolah deng kita, ja bilang pa ngana pe mama di ruangan guru ngana so nda percaya Tuhan kong kita ja kase blajar ngana supaya mo jadi ateis”. Membaca tulisan tersebut Allo tiba-tiba kaget dan sudah tidak tahu harus menjawab apa dari kiriman yang di berikan Ineng. Tapi, dia yakin Ineng tidak mungkin menjauhinya. Allo teringat saat berada di kampung Allo, Ineng dan beberapa teman lainnya pergi ke salah satu tempat bersejarah/peninggalan di desa mereka dan mereka mengadakan ibadah dalam ritual/ibadah tapi bentuknya mengggunakan bahasa Tontemboan. Dalam perjalan menuju ketempat tersebut Allo dan kawan-kawan langsung di kagetkan dengan teriakan “heee… anak-anak setang mo ba pa disana ngoni? So setang ngoni!” mendengar hal tersebut Allo dan kawan-kawan tidak mengiraukan teriakan tersebut dan langsung menuju ketempat tujuan mereka. Dan setelah selesai Allo, Ineng, dan kawan-kawan lainnya langsung mengarah kerumah seorang yang meneriaki mereka dan langsung menjelaskan bahwa tujuan mereka kesana bukan untuk menyembah tempat itu tapi, karena tempat itu mempunyai sejarah yang mana itu adalah bukti dimana pernah ada manusia yang tinggal disana sebelum ada mereka, dan mereka kesana agar supaya peningalan dalam bentuk artefak tidak akan di lupakan. Ineng memberikan pertanyaan kepada  orang tersebut “apa beda orang pigi di kubur stiap kali pergantian taun deng kami da pigi disitu”? ibu itu terdiam dan dari raut wajah ibu itu Allo melihat  ibu itu sudah memahami namun masih meresa gengsi untuk mengakui kesalahannya. Namun, mereka percaya bahwa usaha untuk menyadarkan masyarakat untuk cinta akan budaya tidak langsung di tekan ibarat membantingkan ster motor sesuka hati. Seketika Allo langsung matikan facebooknya dan berpikir kenapa mereka tanpa berpikir panjang langsung menjudge dia ateis.
            Selang beberapa hari Allo kembali bertanya  kepada Ineng namun, sudah tidak lewat FB lagi tetapi, sudah lewat via tlp dan dia bertanya mengenai masalah yang sudah di katakan Ineng beberapa hari yang lalu dan dia mengatakan bahwa dia sudah memberikan penjelasan kepada ibu Allo mengenai masalahnya karena kebetulan Ineng dan ibunya satu sekolah dan ibunya memahaminya. mengenai teman-teman Ineng yang mengatakan  hal yang tanpa di kaji lebih dalam sudah di simpulkan Ineng mengatakan “mungkin mereka tidak membaca Amsal 1:7” dan mendengar hal tersebut Allo dengan tertawa kecilnya sambil mengatakan “iyo kang” dalam hati Allo bertanya kira-kira Amsal 1;7 itu apa isinya? Allo pun cepat-cepat membuka Alkitab dan membacanya “Takut akan Tuhan permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”.

Tidak ada komentar: