Perjalanan hari ini adalah menaklukan gunung tertinggi
Sulawesi utara. Dalam misi penaklukan ini sudah kami rencanakan sejak beberapa
hari lalu dan membuakan hasil yaitu ada 9 orang yang ikut dalam misi penaklukan
ini yaitu, saya sendiri (Yanli), Iswan, Rianto, Chaves, Glen, Jufri, Riski,
charli, dan satu wanita yang berani yaitu Della.
Perjalanan
di mulai pada tanggal 29 maret 2014. Saya saat itu merasakan perasaan yang tidak biasanya saya
rasakan yaitu kegiatan yang akan kami lakukan sudah hari ini namun peralatannya
masih seadanya dan yang paling penting yaitu tempat bertedu yaitu tenda belum
ada. Saya sendiri hanya menyiapkan pakaian yang nantinya akan saya pakai dan
keperluan untuk saya pribadi, mungkin ini terlalu egois buat saya karena hanya
mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan keperluan kebersamaan. 4 teman masih
berada di kampong dan waktu saat ini sudah menunjukan 08.30 pagi kegelisahaan
semakin menjadi di pikiranku ketika Riski dan Charli datang dengan persiapan
mereka yang hanya seadanya juga. Perjanjian kami tempat berkupul di rumahnya
Komodor yang ada di tataaran karena kebetulan kami tinggalnya berdekatan dengan
Komodor dan tak lama kemudian 2 motor langung menampakan diri di depan rumah
Komodor dan langsung cepat-cepat saya kedepan melihat siapa yang datang, dan
yang datang itu adalah ke-4 teman yang dari tondei yaitu Glen, Jufri, Rianto
dan Chaves. Dan dalam pikiran saya mereka membawa tenda untuk dihadikan tempat
berteduh ketika malam ataupun hujan.
“selamat
pagi” seorang dari mereka menyapa kami dan dengan terbawa pikiran yang tidak
tenang aku tidak membalas sapaan ereka dan langsung bertanya “da bawa tenda?”
dan ketika jawaban yang keluar dari mulut Jufri bahwa mereka tidak membawa,
tenda dalam pikiranku misi ini tidak akan di lanjutkan karena persediaan yang
tidak lengkap. Kemudian Rianto yang biasa di panggil Anto langsung mengatakan
bahwa di dalam tasnya ada 2 terpal namun ukurannya tidak terlalu besar.
Mendengar hal ini ada sedikit kelegaan yang timbul. Hp-ku ada panggilan tak
terjawab dan pesan yang mengatakan “nanti baku dapa di aermadidi torang” sms
ini adalah salah satu agen dalam misi penklukan ini yaitu Iswan, saat ini dia
sedang bekerja di menado dan tinggal disana. Sms tadi langsung ku sampaikan
pada teman-teman yang lain supaya bergegasuntuk segera melakukan perjalanan.
Misipun langsung di jalankan, dari rumah Komodor kami menuju ke jalan raya
untuk menuju ke tataaran 2 karena ada 1 teman yang juga sudah siap dan
sementara menanti kami yaitu Della. Gayaku yang sok kegaulan membuatku minder
namun tetap santai dan ketika kami berada di jalan raya Glen langsung berteriak
Ustadddd… dan ternyata yang di panggilnya itu adalah sopir mikro yang sementara
mencari penumpang “torang kwa manumpang ka bawa boleh?” Tanya glen kepada sopir
mikro yang bernama Ustad itu. Sedikit saya melihat raut wajah dari sopir ini
kelihatan tidak mengijinkan kami untuk menumpang dan… “manjo nae jo” ternyata
perkiraanku salah.
Della
sudah menunggu kami di depan kosnya dan ketika kami turun Anto mengatan bahwa
mereka lapar dan meminta Della untuk membuatkan makanan untuk mereka. Aku
berpikir “so lebeh siang... yahhh” namun saat itu saya juga merasakan lapar dan
saya pikir sebelum melakukan perjalanan perut harus di berikan asupan, dan
Della-pun memuatkan kami makan. Sekitar 30 menit kami berada di tempatnya Della
dan setelah perut terasa kenyang kamipun langsung berangkat menuju aermadidi.
Saat
ini saya tidak tahu jalan menuju
aermadidi namun ada beberapa dari kamiyang tahu jalan menuju kesena dan rencana
kami untuk capai kesana yaitu D.O (dola oto) karena banyak dari kami yang sudah
tidak mempunyai uang dan begitupun dengan saya, uang yang ada padaku tinggal
5000 dan dalam perjalanan kami tidak ada kendaraan yang bersedia mengantar ami
sampai tondano karena perjalanan dari Tataaranmenuju Tondano agak jauh dan jika
menggunakan kendaraan tidak akan sampai 10 menit, namun semua tidak jadi
seperti yang kami harapkan, dan kami terus berjalan menuju Tondano karena
perkataan Komodor jika ingin ke airmadidi dengan D.O kami harusmenunggu di
kampung Jawa. Perjalanan kami menuju tondano memakan waktu 1 jam dan waktu saat
itu menunjukan pukul 11.40 wita. Tak sadar hpku bordering beberapa kali dan
ketika kuangkat terdengar suara pria “so dimana ngoni napa kita so lama da
sampe di aermadidi” suara itu… tidak salah lagi ini pasti agen Iswan (dalam
hatiku).
“so
di tondano torang, mo ba DO kwa torang jadi mo ta lama ona’” dan dia menjawab
“sudah job a DO nanti bale jo, soalnya mo riki malam torang tu jalang torang
blum tahu” dan tiba-tiba hpku mati mungkin signal yang mengalami gangguan, dan
segerah aku menyampaikan pesan dari Agen Iswan kepda teman-teman yang lain dan
alhasil banyaka dari kami yang mengatakan sudah tidak punya uang untuk
menggunakan kendaraan bus dan 1 dari kami mengatakan bahwa dia mempunyai 30
ribu kemudian yang satunya lagi mengatakan dia masih ada sisa uang dan kami
memutuskan untuk menggunakan bus menuju airmadidi. Kira-kira 1 jam perjalanan
menuju airmadidi karena kendaraan yang kami tumpangi adalah kendaraan yang
sudah tidak layak pakai namun masih di pakai oleh pak sopir ini mungkin
kendaraan ini di kenal banyak orang di massa 70an. Namun bisa saya maklumi
karena saya melihat pak sopir ini sangat semangat membahagiakan keluarganya.
Dalam perjalanan menuju airmadidi kami di guyur oleh hujan yang sangat deras
dan akupun tertidur.
“woy…
so sampe” terdengar bisikan dari samping kananku, dan saya langsung bangun dan
berkata “so dimana torang” della menjawab so sampe di aermadidi”. Dan setelah
kami turun darikendaraan hujan belum berhenti dan sekitar 10 menit kami menunggu hujan sudah mulai
redah dan langsung kami menuju kea gen Iswan karena dia sudah menunggu kami di
kios tempat dia beriistirahat. Ketika kami bertemu rasa senang sudah muncul
karena sedah bersama dengan agen Iswan karena menurut kami dialah yang akan
memimpin kami dalam misi penaklukan ini. Setelah beberapa menit istirahat kami
langsung menuju kantor polisi untuk melapor bahwa kami akan melakukan misi
penaklukan gunung tertinggi sulawesi utara dan setelah melapor kami langsung
berdoa sebelum mendaki.
(nah… para pembaca di sinilah awal mula perjalanan yang
tidak menurun :D selamat melanjutkan)
Mendekati
perkebunan agen Iswan mengatakan “ba bli jo sapa yang mo ba bli dari so da ada
ona’ warong torang mo lewat” uangku sudah tidak ada lagi dan hanya mengandalkan
pada agen Jufri dan Agen-agen yang lain dan ternyata Agen Iswan lupa membeli
minyak tanah dan langsung mencarinya di antar oleh seorang anak yang
menggunakan motor. Setelah semunya terkumpul kami langsung menuju puncak
kelabat dan dalam perjalanan menuju pos 1 kami di temani oleh hujan yang deras
dan Agen Chaves mengatakan padaku mungkin jalan ini sampai ke puncak dan
anehnya kenapa jalan menuju gunung sudah di aspal bahkan aspal beton. Namun,
mungkin jalan ini tidak akan sampai puncak. Rasa dingin sudah mulai terasa dan
aku merasakan kelelahan mengejar yang lain karena langkah mereka terlalu cepat
buatku, dan ketika jalan sudah mulai lurus kami melihat ada sabua (gubuk) dalam
pikiranku mungkin ini pos 1. Dan agen Iswan langsung bertanya pada beberapa
orangtua yang ada di sabua itu “om ni jalang mo ka klabat?” dan salah satu dari
orang tua itu mengatakan bahwa kami sudah salah jalan harusnya tadi kami belok
kanan menuju jalan yang tidakdi aspal. Dan mendengar hal itu navas geros
tertarik dalam tubuhku, siapa yang harus di salahkan??? Yang pasti tidak ada
yang di salahkan. Dan kemudia kami kembali turun menuju jalan yang di katakana
oleh orang tua tadi. Ternyata kami sudah lewat jauh dan kamipun menemukan jalan
yang di katakana bapak tadi.
Sekitar
10 menit dalam pendakian kami menemukan
batu yang memberikan tanda bahwa pengesahan tempat wisata gunung kelabat oleh
gubernur Rantung. Dalam perjalanan menuju pos 1, kami di susul oleh beberapa
pendaki dan langsung saling menyapa satu sama lain dan merek mendahului kami.
Rasa lelah mulai terasa dan terlihat Della yang mulai menarik nafas tinggi
memberikan tanda bahwa kami harus istirahat sejenak. Tak lama istirahat,
kamipun langsung melanjutkan perjalanan dan kami kembali bertemu dengan sabuah
kecil dan jalur di itu menjadi 2 mana yang harus kami pilih? Kemudian seorang
wanita yang sedikit gemuk di atas motor, mungkin akan pulang kerumah. Wanita
itu megatakan jalan menuju ke kelabat belok kiri namun sekelompok KPA mengambil
jalur kanan dan berkata pada kami bahwa lebih dekat jika menggunakan jalan yang
ada di kanan. Namun kamitidak mengikuti para pendki itu dan mengikuti perkataan
wanita itu. Dan alhasil para KPA itu sudah berada di belakan kami dan berkata
“bukang kote disitu depe jalan” mungkin mereka malu karena sebelumya mereka
yang mengatakan bahwa jalan mereka yang benar dan akhirnya mereka mengikuti
jalan yang kami lewati. Karril yang saya pikul mulai terasa lebih berat dari
seblumnya karena hujan sampai saat ini belum redah walaupun saya menggunakan
jaket hujuan namun saya tetap basah. Pepohonan yang tinggi menemani perjalanan
kami dan kamipun tiba di pos 1 kira-kira 120 menit. Dan kami istirahat sejenak.
Kamipun
melanjutkan perjalanan kami menuju pos 2 dan disitu rencananya kami akan
menginap dan melanjutkan perjalanan pada besok hari karena gelap mulai
menampakan dirinya. Dalam perjalanan menuju pos 2 saya melihat agen Charli,
Agen Riski, dan Agen Chaves mulai menjauh namun saat itu mereka masih bisa
terlihat dan mereka sedang berbicara namunsudah tak jelas apa yang mereka
bicarakan. Ketika sampai di pos 2 kami langsung mencari tempat untuk membuat
tenda dan saya melihat tenda yang akan kami buat hanya kecil karena terpalnya
yang kecil. Saya di tugaskan untuk membuat api dari kayu yang basah dan
untungnya ada minyak tanah yang membantu dan tendapun berdiri.
Saat
ketika saya ingin menukar pakaian yang saya pakai karena sudah basah, saya
langsng tersadar bahwa kerrirl yang saya pikul sudah basah dan akupun
cepat-cepat melihat pakaianku hmmmpp…. Semuanya basah shitt (dalam hati) ini
adalah hal bodoh yang aku lakukan karena sebelum berangkat ada temanku yang
mengatakan jika ingin membawa pakaian sebelum di letakan di dalam tas terlebih
dulu pakaian itu di lapisi dengan tas plastic agar supaya jika hujan pakaian
tidak akan basah. Ini memang kesalahan yang bodoh… :D dan akhirnya akupun
memakai jaket yang basah dan malam itu kami hanya makan cucur dari Agen Iswan
dan biscuit yang saya bawa. Dalam tidur kami saya mendengar perkataan dari
salah satu dari kami “basah skali ngana yanli, oh tuhan so mo lebe basah kita
pe baju gara-gara ngana daba temple” mendengar hal itu aku memutuskan untuk
bangun karena kegelisahanku yang menahan kedinginan dan aku ingin skali
menyalakan kembali api itu namun aku teringat perkataan temanku di kampus
“paling bahaya di klabat tu di pos 2 situ lantaran ada jaba tunjung om deng ade”
saya memutuskan untuk bertahan di tempat tidur yang sesak itu. Sekitar pukul 02
subuh saya mendengar keributan di luar dan ketika saya melihat apa yang
terjadi, ternyata agen Iswan sudah menyalakan api dan tak sampai hitungan ke 3
saya langsung mendekati api untuk memanaskan badan kenudian di ikuti oleh KPA
yang lain yang bermalam di pos 2. Tak lama kemudian aku mulai terpikir untuk
mengeringkan pakaianku dan setelah pakaianku kering agen Rianto mulai memasak
makanan mungkin dia juga tidak bisa tidur. Dan terangpun mulai menampakan diri
itu tandanya matahari akan terbit dan kami langsung membuat minuman hangat
setelah itu makan dan jam 7 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3.
Kami
membutuhkan 30 menit menuju pos 3 dan pos 4pun demikian. Di pos situ kami
bertemu dengan tangga helicopter, saya tak tahu kenapa sampai di katakan tangga
helicopter. Ketika bertemu dengan tangga itu, ternyata itu adalah medan yang
berat karena harus menggunakan kaki dan tangan untuk melewatinya. Sampai di pos
5 kakiku terasa sudah tak kuat lagi dankami beristirahat ada beberapa dari kami
sudah terleih dulu atau mendahullui kami mungkin mereka sudah tak sabar melihat
keindahan puncak kelabat. Perjalananpun di lanjutkan dan yang tersisa dari pos
5-6 hanya saya, Della dan Iswan dalam perjalanan itu kami bertemu dengan para
pendaki yang mulai turun “masih jao pos 6”Tanya Iswan. “sudah so nda lama
paling kurang 20 menit” jawab salah seorang dari pendaki itu. Kemudian
perjalananpun di lanjutkan dan kami bertemu lagi dengan klompok lain yang
sedang turun, pertanyaan yang sama di keluarkan oleh Iswan dan jawaban mereka
“kurang 1 kilo” kenapa jawaban mereka berbeda? Aku tak tahu. Dan akhirnya aku
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sendiri dan meninggalkan Iswan dan
Della karena dalam pikiranku perjalanan sampai pos 6 sudah dekat. Saya tiba di
pos 6 dan bertemu dengan Jufri, Anto, Charli, Riski, Chaves, dan Glen yang
sedang senyum menyindir manurutku karena mereka yang peertama tiba di pos 6.
Disana saya meilihat ada beberapa tenda dari KPA atau MAPALA yang berdiri
berdekatan dan wanita itu tak asing di mataku dan dia menatapku juga. “Anggi?”
ku coba terlebih dulu memanggilnya dan jika dia tidak merespon betapa malunya
aku… “ehhh ada ehh” dan hasilnya dia merespon panggilanku,itu ternyata Anggi
pacar temanku. Setelah beberapa menit Iswan dan Dellapun tiba. “cari tampa jo
mo badiri tenda!” ungkap Iswan. Dan Jufripun yang pertama kali sampai langsung
berdiri dan mencari tempat yang kosong untuk membuat tenda tetapi, sudah tak
ada tempat yang kosong untuk kami dan kami mengusulkan untuk membuat tenda di
puncak kelabat yang artinya kami harus mendaki lagi kira-kira 100 meter dan
bersiap untuk tidur di tempat yang dingin bahkan para pendaki lain membuat
tenda di pos 6 atau mungkin juga karena di pos 6 ada danau kecil namun saya
tidak melihatnya hanya mendengar perkataan yang lain.
tendapun merdiri, kami langsung siap-siap
membuat makanan untuk makan siang Jufri dan yang lain kembali turun ke pos 6
untuk mencari air untuk memasak dan saya dan iswan memcari kayu bakar untuk
membuat api danketika kami terkumpul dan selesai makan siang, Iswan berjabat
tangan dengan kata slamat…. Saya sedikit bngung “kenapa laki-laki tulen ini
seperti ini? Atau mungkin sudaha sttttreee….. arggghhh bukan” dan terakhir dia mengatakan “slamat… toang so
taklukan ini puncak tertinggi sulut”. Setelh itu kami melihat
pemandangan-pemandangan yang indah dan saat itu saya berpikir sudah dekat
dengan pencipta… hhehehe awan berada di bawah kami dan momen ini tak bisa kami
tinggalkan dan langsung di abadikandengan berfotoria.
Mengambil foto bersama sebelum turun dari gunung |
Tak
terasa malampun akan segera datang dan kami mempersiapkan kayu bakar yang lebih
banyak sebagai persiapan untuk dingin malam dan untuk memasak. Ketika malam
tiba dingin yang saya rasakan di pos 2 tak sebanding dengan dinginnya puncak
klabat, bahkan sampai terpikir olehku saya akan mati kedinginan disini. Akupun
memutuskan untuk tak tidur dan berdekatan dengan api. Tak lama kemudian
Chavespun mendekatiku untuk mencari kehangatan dekat api. Kamipun memutuskan
untuk bercakapria berdua layaknya sepasang pria dan wanita yang sedang
pacaran.. :D “ada ona’ lagi kopi? Beking tare kasana kopi” tanyaku pada pria
genteng itu “kurang 1 mar ada ona lagi pa glen yah, tunggu nanti kita Tanya”
dan Chavespun mebangunkan Glen yang terlelap dalam tidur kemudian Glen pun
memberika kopinya untuk kami minum. Ketika Chaves berencana menyingkirkan tas
berwarna putih yang ada di tempat yang akan di lewati, dia meliha ada sesuatu
“Yan, ada beng-beng banyak kiing” dan akupun langsung merespon dan berkata
“ambe jo sama 1 torang”. Takterasa pagi segera datang . inilah malam ke 2 kami
berada di gunung klabat. Yang lainpun bangun ketika aku berteriak “dara
gaulmen… co ngoni lia sanrais” hhahhaha… mereka terbangun ternyata itu hanya
tipuan yang saya buuat untuk membngunkan mereka dari tidur. Kamipun
berjalan-jalan di puncak itu mencari tempat-tempat yang belum kami lihat dan
buktinya kami mendapatkan batu yang bertuliskan Expedisi NKRI 2013.
Lama
berkeliling, kamipun kembali ke tenda dan saat ini sudah berniat untuk turun
dari puncak. Setelah selesai smokol (sarapan) kami langsung mengatur peralatan
kami dn siap untuk turun. Dalam perjalanan turun kakiku terasa sangat berat dan
sakit di pala-pala, betis dan buku-buku. Perjalanan yang melewati pos 6, 5, 4,
3, dan 2 terasa singkat karena kami merasa senang tanpa beban. Di pos 2 kami
memutuskan untuk istirahat dan membuat makan siang. Disitu saya tidur sejenak
untuk melepaskan lelah karena saya tidak tidur semalam. Kemudian makananpun
siap di makan dan akupun langsung bangun dan anehnya ke 2 kakiku semakin berat
dan sakit. Karena gengsi, akupun menyembunyikan rasa sakit ini. Ketika kami
melanjutkan perjalanan untuk turun menuju pos 1, rasa sakit ini tak bisa di
sembunyikan lagi dan “kyapa ngana yanli?” Tanya Charli dan sekaligus semua
memperhatikanku “saki’ kita pe kaki” dan iswan mengusulkan untuk berlari agar
sakit itu akan hilang. Dalam hatiku “mungkin ini hanya lelucon atau mereka mengejekku”
perjalanan turun semakin menyiksaku dan mereka mengeluarkan kata yalo yaitu
Yanli Lohang. Aku tak tahu kenapa sampai muncul kata lohang itu di sangkut
pautkan dengan kesakitanku tapi, dalam pikirankuadalah bagaimana cepat sampai
dirumah dan istirahat. Tak lama kemudian kamipun sampai di airmadidi dan tanda
kami sudah tiba di kantor polisi kemudian segerah melaporkan bahwa kami sudah
turun. Huufffttt selesai melapor kamipun lngsung menuju jalan menuju tondano
dan setelah itu Iswan membantu kami untuk D.O sekitar 5 menit menunggu mobilpun
berhenti dan langsung mengijinkan kami naik dan Iswan pulang ke menado.
(Perjalanan yang melelahkan dan mengasikan… akhirnya misi kami menaklukan puncak kelabat
selasai 3 hari 2 malam 29-31 maret 2014. Sampai jumpa kelabat!!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar