Laman

Selasa, 29 April 2014

LOHANGNYA KELABAT




Perjalanan hari ini adalah menaklukan gunung tertinggi Sulawesi utara. Dalam misi penaklukan ini sudah kami rencanakan sejak beberapa hari lalu dan membuakan hasil yaitu ada 9 orang yang ikut dalam misi penaklukan ini yaitu, saya sendiri (Yanli), Iswan, Rianto, Chaves, Glen, Jufri, Riski, charli, dan satu wanita yang berani yaitu Della.
Perjalanan di mulai pada tanggal 29 maret 2014. Saya saat itu  merasakan perasaan yang tidak biasanya saya rasakan yaitu kegiatan yang akan kami lakukan sudah hari ini namun peralatannya masih seadanya dan yang paling penting yaitu tempat bertedu yaitu tenda belum ada. Saya sendiri hanya menyiapkan pakaian yang nantinya akan saya pakai dan keperluan untuk saya pribadi, mungkin ini terlalu egois buat saya karena hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan keperluan kebersamaan. 4 teman masih berada di kampong dan waktu saat ini sudah menunjukan 08.30 pagi kegelisahaan semakin menjadi di pikiranku ketika Riski dan Charli datang dengan persiapan mereka yang hanya seadanya juga. Perjanjian kami tempat berkupul di rumahnya Komodor yang ada di tataaran karena kebetulan kami tinggalnya berdekatan dengan Komodor dan tak lama kemudian 2 motor langung menampakan diri di depan rumah Komodor dan langsung cepat-cepat saya kedepan melihat siapa yang datang, dan yang datang itu adalah ke-4 teman yang dari tondei yaitu Glen, Jufri, Rianto dan Chaves. Dan dalam pikiran saya mereka membawa tenda untuk dihadikan tempat berteduh ketika malam ataupun hujan.
“selamat pagi” seorang dari mereka menyapa kami dan dengan terbawa pikiran yang tidak tenang aku tidak membalas sapaan ereka dan langsung bertanya “da bawa tenda?” dan ketika jawaban yang keluar dari mulut Jufri bahwa mereka tidak membawa, tenda dalam pikiranku misi ini tidak akan di lanjutkan karena persediaan yang tidak lengkap. Kemudian Rianto yang biasa di panggil Anto langsung mengatakan bahwa di dalam tasnya ada 2 terpal namun ukurannya tidak terlalu besar. Mendengar hal ini ada sedikit kelegaan yang timbul. Hp-ku ada panggilan tak terjawab dan pesan yang mengatakan “nanti baku dapa di aermadidi torang” sms ini adalah salah satu agen dalam misi penklukan ini yaitu Iswan, saat ini dia sedang bekerja di menado dan tinggal disana. Sms tadi langsung ku sampaikan pada teman-teman yang lain supaya bergegasuntuk segera melakukan perjalanan. Misipun langsung di jalankan, dari rumah Komodor kami menuju ke jalan raya untuk menuju ke tataaran 2 karena ada 1 teman yang juga sudah siap dan sementara menanti kami yaitu Della. Gayaku yang sok kegaulan membuatku minder namun tetap santai dan ketika kami berada di jalan raya Glen langsung berteriak Ustadddd… dan ternyata yang di panggilnya itu adalah sopir mikro yang sementara mencari penumpang “torang kwa manumpang ka bawa boleh?” Tanya glen kepada sopir mikro yang bernama Ustad itu. Sedikit saya melihat raut wajah dari sopir ini kelihatan tidak mengijinkan kami untuk menumpang dan… “manjo nae jo” ternyata perkiraanku salah.
Della sudah menunggu kami di depan kosnya dan ketika kami turun Anto mengatan bahwa mereka lapar dan meminta Della untuk membuatkan makanan untuk mereka. Aku berpikir “so lebeh siang... yahhh” namun saat itu saya juga merasakan lapar dan saya pikir sebelum melakukan perjalanan perut harus di berikan asupan, dan Della-pun memuatkan kami makan. Sekitar 30 menit kami berada di tempatnya Della dan setelah perut terasa kenyang kamipun langsung berangkat menuju aermadidi.
Saat ini saya tidak tahu  jalan menuju aermadidi namun ada beberapa dari kamiyang tahu jalan menuju kesena dan rencana kami untuk capai kesana yaitu D.O (dola oto) karena banyak dari kami yang sudah tidak mempunyai uang dan begitupun dengan saya, uang yang ada padaku tinggal 5000 dan dalam perjalanan kami tidak ada kendaraan yang bersedia mengantar ami sampai tondano karena perjalanan dari Tataaranmenuju Tondano agak jauh dan jika menggunakan kendaraan tidak akan sampai 10 menit, namun semua tidak jadi seperti yang kami harapkan, dan kami terus berjalan menuju Tondano karena perkataan Komodor jika ingin ke airmadidi dengan D.O kami harusmenunggu di kampung Jawa. Perjalanan kami menuju tondano memakan waktu 1 jam dan waktu saat itu menunjukan pukul 11.40 wita. Tak sadar hpku bordering beberapa kali dan ketika kuangkat terdengar suara pria “so dimana ngoni napa kita so lama da sampe di aermadidi” suara itu… tidak salah lagi ini pasti agen Iswan (dalam hatiku).
“so di tondano torang, mo ba DO kwa torang jadi mo ta lama ona’” dan dia menjawab “sudah job a DO nanti bale jo, soalnya mo riki malam torang tu jalang torang blum tahu” dan tiba-tiba hpku mati mungkin signal yang mengalami gangguan, dan segerah aku menyampaikan pesan dari Agen Iswan kepda teman-teman yang lain dan alhasil banyaka dari kami yang mengatakan sudah tidak punya uang untuk menggunakan kendaraan bus dan 1 dari kami mengatakan bahwa dia mempunyai 30 ribu kemudian yang satunya lagi mengatakan dia masih ada sisa uang dan kami memutuskan untuk menggunakan bus menuju airmadidi. Kira-kira 1 jam perjalanan menuju airmadidi karena kendaraan yang kami tumpangi adalah kendaraan yang sudah tidak layak pakai namun masih di pakai oleh pak sopir ini mungkin kendaraan ini di kenal banyak orang di massa 70an. Namun bisa saya maklumi karena saya melihat pak sopir ini sangat semangat membahagiakan keluarganya. Dalam perjalanan menuju airmadidi kami di guyur oleh hujan yang sangat deras dan akupun tertidur.
“woy… so sampe” terdengar bisikan dari samping kananku, dan saya langsung bangun dan berkata “so dimana torang” della menjawab so sampe di aermadidi”. Dan setelah kami turun darikendaraan hujan belum berhenti dan sekitar  10 menit kami menunggu hujan sudah mulai redah dan langsung kami menuju kea gen Iswan karena dia sudah menunggu kami di kios tempat dia beriistirahat. Ketika kami bertemu rasa senang sudah muncul karena sedah bersama dengan agen Iswan karena menurut kami dialah yang akan memimpin kami dalam misi penaklukan ini. Setelah beberapa menit istirahat kami langsung menuju kantor polisi untuk melapor bahwa kami akan melakukan misi penaklukan gunung tertinggi sulawesi utara dan setelah melapor kami langsung berdoa sebelum mendaki.

(nah… para pembaca di sinilah awal mula perjalanan yang tidak menurun :D selamat melanjutkan)

Mendekati perkebunan agen Iswan mengatakan “ba bli jo sapa yang mo ba bli dari so da ada ona’ warong torang mo lewat” uangku sudah tidak ada lagi dan hanya mengandalkan pada agen Jufri dan Agen-agen yang lain dan ternyata Agen Iswan lupa membeli minyak tanah dan langsung mencarinya di antar oleh seorang anak yang menggunakan motor. Setelah semunya terkumpul kami langsung menuju puncak kelabat dan dalam perjalanan menuju pos 1 kami di temani oleh hujan yang deras dan Agen Chaves mengatakan padaku mungkin jalan ini sampai ke puncak dan anehnya kenapa jalan menuju gunung sudah di aspal bahkan aspal beton. Namun, mungkin jalan ini tidak akan sampai puncak. Rasa dingin sudah mulai terasa dan aku merasakan kelelahan mengejar yang lain karena langkah mereka terlalu cepat buatku, dan ketika jalan sudah mulai lurus kami melihat ada sabua (gubuk) dalam pikiranku mungkin ini pos 1. Dan agen Iswan langsung bertanya pada beberapa orangtua yang ada di sabua itu “om ni jalang mo ka klabat?” dan salah satu dari orang tua itu mengatakan bahwa kami sudah salah jalan harusnya tadi kami belok kanan menuju jalan yang tidakdi aspal. Dan mendengar hal itu navas geros tertarik dalam tubuhku, siapa yang harus di salahkan??? Yang pasti tidak ada yang di salahkan. Dan kemudia kami kembali turun menuju jalan yang di katakana oleh orang tua tadi. Ternyata kami sudah lewat jauh dan kamipun menemukan jalan yang di katakana bapak tadi.
Sekitar 10 menit  dalam pendakian kami menemukan batu yang memberikan tanda bahwa pengesahan tempat wisata gunung kelabat oleh gubernur Rantung. Dalam perjalanan menuju pos 1, kami di susul oleh beberapa pendaki dan langsung saling menyapa satu sama lain dan merek mendahului kami. Rasa lelah mulai terasa dan terlihat Della yang mulai menarik nafas tinggi memberikan tanda bahwa kami harus istirahat sejenak. Tak lama istirahat, kamipun langsung melanjutkan perjalanan dan kami kembali bertemu dengan sabuah kecil dan jalur di itu menjadi 2 mana yang harus kami pilih? Kemudian seorang wanita yang sedikit gemuk di atas motor, mungkin akan pulang kerumah. Wanita itu megatakan jalan menuju ke kelabat belok kiri namun sekelompok KPA mengambil jalur kanan dan berkata pada kami bahwa lebih dekat jika menggunakan jalan yang ada di kanan. Namun kamitidak mengikuti para pendki itu dan mengikuti perkataan wanita itu. Dan alhasil para KPA itu sudah berada di belakan kami dan berkata “bukang kote disitu depe jalan” mungkin mereka malu karena sebelumya mereka yang mengatakan bahwa jalan mereka yang benar dan akhirnya mereka mengikuti jalan yang kami lewati. Karril yang saya pikul mulai terasa lebih berat dari seblumnya karena hujan sampai saat ini belum redah walaupun saya menggunakan jaket hujuan namun saya tetap basah. Pepohonan yang tinggi menemani perjalanan kami dan kamipun tiba di pos 1 kira-kira 120 menit.  Dan kami istirahat sejenak.
Kamipun melanjutkan perjalanan kami menuju pos 2 dan disitu rencananya kami akan menginap dan melanjutkan perjalanan pada besok hari karena gelap mulai menampakan dirinya. Dalam perjalanan menuju pos 2 saya melihat agen Charli, Agen Riski, dan Agen Chaves mulai menjauh namun saat itu mereka masih bisa terlihat dan mereka sedang berbicara namunsudah tak jelas apa yang mereka bicarakan. Ketika sampai di pos 2 kami langsung mencari tempat untuk membuat tenda dan saya melihat tenda yang akan kami buat hanya kecil karena terpalnya yang kecil. Saya di tugaskan untuk membuat api dari kayu yang basah dan untungnya ada minyak tanah yang membantu dan tendapun berdiri.
Saat ketika saya ingin menukar pakaian yang saya pakai karena sudah basah, saya langsng tersadar bahwa kerrirl yang saya pikul sudah basah dan akupun cepat-cepat melihat pakaianku hmmmpp…. Semuanya basah shitt (dalam hati) ini adalah hal bodoh yang aku lakukan karena sebelum berangkat ada temanku yang mengatakan jika ingin membawa pakaian sebelum di letakan di dalam tas terlebih dulu pakaian itu di lapisi dengan tas plastic agar supaya jika hujan pakaian tidak akan basah. Ini memang kesalahan yang bodoh… :D dan akhirnya akupun memakai jaket yang basah dan malam itu kami hanya makan cucur dari Agen Iswan dan biscuit yang saya bawa. Dalam tidur kami saya mendengar perkataan dari salah satu dari kami “basah skali ngana yanli, oh tuhan so mo lebe basah kita pe baju gara-gara ngana daba temple” mendengar hal itu aku memutuskan untuk bangun karena kegelisahanku yang menahan kedinginan dan aku ingin skali menyalakan kembali api itu namun aku teringat perkataan temanku di kampus “paling bahaya di klabat tu di pos 2 situ lantaran ada jaba tunjung om deng ade” saya memutuskan untuk bertahan di tempat tidur yang sesak itu. Sekitar pukul 02 subuh saya mendengar keributan di luar dan ketika saya melihat apa yang terjadi, ternyata agen Iswan sudah menyalakan api dan tak sampai hitungan ke 3 saya langsung mendekati api untuk memanaskan badan kenudian di ikuti oleh KPA yang lain yang bermalam di pos 2. Tak lama kemudian aku mulai terpikir untuk mengeringkan pakaianku dan setelah pakaianku kering agen Rianto mulai memasak makanan mungkin dia juga tidak bisa tidur. Dan terangpun mulai menampakan diri itu tandanya matahari akan terbit dan kami langsung membuat minuman hangat setelah itu makan dan jam 7 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3.
Kami membutuhkan 30 menit menuju pos 3 dan pos 4pun demikian. Di pos situ kami bertemu dengan tangga helicopter, saya tak tahu kenapa sampai di katakan tangga helicopter. Ketika bertemu dengan tangga itu, ternyata itu adalah medan yang berat karena harus menggunakan kaki dan tangan untuk melewatinya. Sampai di pos 5 kakiku terasa sudah tak kuat lagi dankami beristirahat ada beberapa dari kami sudah terleih dulu atau mendahullui kami mungkin mereka sudah tak sabar melihat keindahan puncak kelabat. Perjalananpun di lanjutkan dan yang tersisa dari pos 5-6 hanya saya, Della dan Iswan dalam perjalanan itu kami bertemu dengan para pendaki yang mulai turun “masih jao pos 6”Tanya Iswan. “sudah so nda lama paling kurang 20 menit” jawab salah seorang dari pendaki itu. Kemudian perjalananpun di lanjutkan dan kami bertemu lagi dengan klompok lain yang sedang turun, pertanyaan yang sama di keluarkan oleh Iswan dan jawaban mereka “kurang 1 kilo” kenapa jawaban mereka berbeda? Aku tak tahu. Dan akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sendiri dan meninggalkan Iswan dan Della karena dalam pikiranku perjalanan sampai pos 6 sudah dekat. Saya tiba di pos 6 dan bertemu dengan Jufri, Anto, Charli, Riski, Chaves, dan Glen yang sedang senyum menyindir manurutku karena mereka yang peertama tiba di pos 6. Disana saya meilihat ada beberapa tenda dari KPA atau MAPALA yang berdiri berdekatan dan wanita itu tak asing di mataku dan dia menatapku juga. “Anggi?” ku coba terlebih dulu memanggilnya dan jika dia tidak merespon betapa malunya aku… “ehhh ada ehh” dan hasilnya dia merespon panggilanku,itu ternyata Anggi pacar temanku. Setelah beberapa menit Iswan dan Dellapun tiba. “cari tampa jo mo badiri tenda!” ungkap Iswan. Dan Jufripun yang pertama kali sampai langsung berdiri dan mencari tempat yang kosong untuk membuat tenda tetapi, sudah tak ada tempat yang kosong untuk kami dan kami mengusulkan untuk membuat tenda di puncak kelabat yang artinya kami harus mendaki lagi kira-kira 100 meter dan bersiap untuk tidur di tempat yang dingin bahkan para pendaki lain membuat tenda di pos 6 atau mungkin juga karena di pos 6 ada danau kecil namun saya tidak melihatnya hanya mendengar perkataan yang lain.
 tendapun merdiri, kami langsung siap-siap membuat makanan untuk makan siang Jufri dan yang lain kembali turun ke pos 6 untuk mencari air untuk memasak dan saya dan iswan memcari kayu bakar untuk membuat api danketika kami terkumpul dan selesai makan siang, Iswan berjabat tangan dengan kata slamat…. Saya sedikit bngung “kenapa laki-laki tulen ini seperti ini? Atau mungkin sudaha sttttreee….. arggghhh bukan”  dan terakhir dia mengatakan “slamat… toang so taklukan ini puncak tertinggi sulut”. Setelh itu kami melihat pemandangan-pemandangan yang indah dan saat itu saya berpikir sudah dekat dengan pencipta… hhehehe awan berada di bawah kami dan momen ini tak bisa kami tinggalkan dan langsung di abadikandengan berfotoria.
Mengambil foto bersama sebelum turun dari gunung
Tak terasa malampun akan segera datang dan kami mempersiapkan kayu bakar yang lebih banyak sebagai persiapan untuk dingin malam dan untuk memasak. Ketika malam tiba dingin yang saya rasakan di pos 2 tak sebanding dengan dinginnya puncak klabat, bahkan sampai terpikir olehku saya akan mati kedinginan disini. Akupun memutuskan untuk tak tidur dan berdekatan dengan api. Tak lama kemudian Chavespun mendekatiku untuk mencari kehangatan dekat api. Kamipun memutuskan untuk bercakapria berdua layaknya sepasang pria dan wanita yang sedang pacaran.. :D “ada ona’ lagi kopi? Beking tare kasana kopi” tanyaku pada pria genteng itu “kurang 1 mar ada ona lagi pa glen yah, tunggu nanti kita Tanya” dan Chavespun mebangunkan Glen yang terlelap dalam tidur kemudian Glen pun memberika kopinya untuk kami minum. Ketika Chaves berencana menyingkirkan tas berwarna putih yang ada di tempat yang akan di lewati, dia meliha ada sesuatu “Yan, ada beng-beng banyak kiing” dan akupun langsung merespon dan berkata “ambe jo sama 1 torang”. Takterasa pagi segera datang . inilah malam ke 2 kami berada di gunung klabat. Yang lainpun bangun ketika aku berteriak “dara gaulmen… co ngoni lia sanrais” hhahhaha… mereka terbangun ternyata itu hanya tipuan yang saya buuat untuk membngunkan mereka dari tidur. Kamipun berjalan-jalan di puncak itu mencari tempat-tempat yang belum kami lihat dan buktinya kami mendapatkan batu yang bertuliskan Expedisi NKRI 2013.
Lama berkeliling, kamipun kembali ke tenda dan saat ini sudah berniat untuk turun dari puncak. Setelah selesai smokol (sarapan) kami langsung mengatur peralatan kami dn siap untuk turun. Dalam perjalanan turun kakiku terasa sangat berat dan sakit di pala-pala, betis dan buku-buku. Perjalanan yang melewati pos 6, 5, 4, 3, dan 2 terasa singkat karena kami merasa senang tanpa beban. Di pos 2 kami memutuskan untuk istirahat dan membuat makan siang. Disitu saya tidur sejenak untuk melepaskan lelah karena saya tidak tidur semalam. Kemudian makananpun siap di makan dan akupun langsung bangun dan anehnya ke 2 kakiku semakin berat dan sakit. Karena gengsi, akupun menyembunyikan rasa sakit ini. Ketika kami melanjutkan perjalanan untuk turun menuju pos 1, rasa sakit ini tak bisa di sembunyikan lagi dan “kyapa ngana yanli?” Tanya Charli dan sekaligus semua memperhatikanku “saki’ kita pe kaki” dan iswan mengusulkan untuk berlari agar sakit itu akan hilang. Dalam hatiku “mungkin ini hanya lelucon atau mereka mengejekku” perjalanan turun semakin menyiksaku dan mereka mengeluarkan kata yalo yaitu Yanli Lohang. Aku tak tahu kenapa sampai muncul kata lohang itu di sangkut pautkan dengan kesakitanku tapi, dalam pikirankuadalah bagaimana cepat sampai dirumah dan istirahat. Tak lama kemudian kamipun sampai di airmadidi dan tanda kami sudah tiba di kantor polisi kemudian segerah melaporkan bahwa kami sudah turun. Huufffttt selesai melapor kamipun lngsung menuju jalan menuju tondano dan setelah itu Iswan membantu kami untuk D.O sekitar 5 menit menunggu mobilpun berhenti dan langsung mengijinkan kami naik dan Iswan pulang ke menado.
(Perjalanan yang melelahkan dan mengasikan…  akhirnya misi kami menaklukan puncak kelabat selasai 3 hari 2 malam 29-31 maret 2014. Sampai jumpa kelabat!!)

Tidak ada komentar: