Pernakah anda bayangkan mengenai natal yang penuh dengan
pohon natal, penuh dengan hiasan-hiasan yang membuat suatu ruangan seperti
berada di hutan liar yang membawa kebinasaan? Hari ini saya melihat kehancuran orang yang
percaya pada sesuatu yang nihil akan segera hancur dan membawa wabah kepada
para pengikut, pemikul beban yang percaya akan kebenaran.
Seperti apakah natal itu? Natal adalah sesuatu yang membawa
masyarakat saat ini kepada kehancuran, kebinasaan dan akan terlelap dalam tidur
yang tak nyata. Berjuang untuk mendapat sesuatu yang mampu dan di anggap banyak
orang bahwa yang di dapatkannya ini bernilai tinggi dan berkelas yang dalam
pemikirannya hal itu mampu mengangkat derajat
agar semakin di pandang. Hal ini seperti yang dikatakan Nitzsche dalam
bukunya Zarathustra “orang arif ini
bersama keempat puluh pikirannya tampak padaku bagai orang dungu: mereka
mencari tidur yang nyenyak serta candu kebajikan untuk mendatangkannya! Di
berkatilah para manusia yang mengantuk ini : sebab mereka akan jatuh lelap.” Apa yang akan terjadi jika seorang akan
jatuh terlelap? Benarkah natal membawa damai? Damai dari mana? Yang ada saat
ini masyarakat hanya bereuforia dengan kenikmatan yang membawa kehancuran
antara keluarga dengan keluarga hanya karena merefleksikan natal.
Kelelapan masyarakat saat ini akan membuat dampak pada
penerus bangsa yang akan menggantikan masa yang saat ini sementara berjalan.
Apakah kita harus berdamai dengan setan tetangga yang sedang menghasut
kehancuran dunia atau mungkin kita harus berdamai dengan penguasa karena ulah
tetangga yang berusaha menghancurkan tatanan masyarakat saat ini, atau mungkin
ini karena pemikiran mengenai kelas social yang akan naik?
Baju baru, sepatu baru, kue yang bermacam-macam bentuk dan
jenis adalah suatu tindakan pemborosan yang akan menghasilkan perpecahan.
Inilah realita natal yang saat ini membawa kehancuran masyarakat yang hanya
berdansa dengan kebisuan, kedunguan yang akan terus lelap. Masih ada lagi
mengenai amplob yang akan di bawa di
gereja di saat ketika natal akan dirayakan bahkan saya dalam hati saya
mendengar percakapan dua ibu di dalam angkot yang mengatakan khotbah dari
seorang pendeta “ketika kalian akan memberikan persembahan, jangang sama deng
anak skolah minggu pe persembahan” kemudian ibu yang menceritakan itu langsung
mengatakan pada ibu yang satunya lagi “ehh kita pe doi tinggal spulu ribu mar
beking slek kwa lima ribu deng sribu-sribu neh kita pe dengar pendeta da bilang
rupa da tersinggung jo kita mar biar jo. Neh kita da kasse lagi tu lima puluh
ribu enteru.” Mendengar hal tersebut saya tertawa kecil mendengar pembicaraan
mereka mengenai khotbah seorang pendeta yang mendokrin jemaatnya dengan cara
seperti itu. Hheheh.. apakah ini yang di ajaran Yesus ketika dia berada di
bumi? Sungguh sangat di sayangkan ada seorang yang di pandang sebagai wakil
Allah yang kemudian melakukan hal yang sudah tidak sesuai garis perjuangannya.
Itulah yang membuat saat ini masyarakat yang masih berada di klas social bawah
berusaha naik walupun melakukan pinjaman ke kiri ke kanan untuk memenuhi
kebutuhan yang sebenarnya hanya ilusif dan tidak bermakna.
“jangan lagi kita menguburkan kepalamu dalam pasir sorgawi
yang tak tahu dimana asalnya, tapi bagaimana kita membawa kepala yang tertanam
dalam pasir, kita cabut dan bawa kesuatu tempat yang mempunyai makna”.
Sebenarnya Seperti apakah natal itu?
Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse,
frasa dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus).
Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Tradisi ini diawali oleh
Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama
Kristus (Christos). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Natal
adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus
Kristus. Dan biasanya perayaan natal tergaantung dari tradisi gereja
masing-masing. www.sejarahbudayanatal.com
Saat ini natal yang di buat masyarakat adalah pesta porah
yang membuat Tuhan menangis melihat kelakuan-kelakuan yang di buat oleh umat
yang di tebusnya. Saya lebih sepakat jika perayaan natal di kembalikan
sebagaimana mestinya. Karena, saat ini sampai di gereja-gereja cara perayaan
sudah menjauh dari makna yang sesungguhnya.
Natal yang sesungguhnya seperti apa?
Tondei
27 desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar