Laman

Jumat, 28 November 2014

NATAL?




Pernakah anda bayangkan mengenai natal yang penuh dengan pohon natal, penuh dengan hiasan-hiasan yang membuat suatu ruangan seperti berada di hutan liar yang membawa kebinasaan? Hari  ini saya melihat kehancuran orang yang percaya pada sesuatu yang nihil akan segera hancur dan membawa wabah kepada para pengikut, pemikul beban yang percaya akan kebenaran.
Seperti apakah natal itu? Natal adalah sesuatu yang membawa masyarakat saat ini kepada kehancuran, kebinasaan dan akan terlelap dalam tidur yang tak nyata. Berjuang untuk mendapat sesuatu yang mampu dan di anggap banyak orang bahwa yang di dapatkannya ini bernilai tinggi dan berkelas yang dalam pemikirannya hal itu mampu mengangkat derajat  agar semakin di pandang. Hal ini seperti yang dikatakan Nitzsche dalam bukunya Zarathustra “orang arif ini bersama keempat puluh pikirannya tampak padaku bagai orang dungu: mereka mencari tidur yang nyenyak serta candu kebajikan untuk mendatangkannya! Di berkatilah para manusia yang mengantuk ini : sebab mereka akan jatuh lelap.”  Apa yang akan terjadi jika seorang akan jatuh terlelap? Benarkah natal membawa damai? Damai dari mana? Yang ada saat ini masyarakat hanya bereuforia dengan kenikmatan yang membawa kehancuran antara keluarga dengan keluarga hanya karena merefleksikan natal.
Kelelapan masyarakat saat ini akan membuat dampak pada penerus bangsa yang akan menggantikan masa yang saat ini sementara berjalan. Apakah kita harus berdamai dengan setan tetangga yang sedang menghasut kehancuran dunia atau mungkin kita harus berdamai dengan penguasa karena ulah tetangga yang berusaha menghancurkan tatanan masyarakat saat ini, atau mungkin ini karena pemikiran mengenai kelas social yang akan naik?
Baju baru, sepatu baru, kue yang bermacam-macam bentuk dan jenis adalah suatu tindakan pemborosan yang akan menghasilkan perpecahan. Inilah realita natal yang saat ini membawa kehancuran masyarakat yang hanya berdansa dengan kebisuan, kedunguan yang akan terus lelap. Masih ada lagi mengenai amplob yang akan di bawa di gereja di saat ketika natal akan dirayakan bahkan saya dalam hati saya mendengar percakapan dua ibu di dalam angkot yang mengatakan khotbah dari seorang pendeta “ketika kalian akan memberikan persembahan, jangang sama deng anak skolah minggu pe persembahan” kemudian ibu yang menceritakan itu langsung mengatakan pada ibu yang satunya lagi “ehh kita pe doi tinggal spulu ribu mar beking slek kwa lima ribu deng sribu-sribu neh kita pe dengar pendeta da bilang rupa da tersinggung jo kita mar biar jo. Neh kita da kasse lagi tu lima puluh ribu enteru.” Mendengar hal tersebut saya tertawa kecil mendengar pembicaraan mereka mengenai khotbah seorang pendeta yang mendokrin jemaatnya dengan cara seperti itu. Hheheh.. apakah ini yang di ajaran Yesus ketika dia berada di bumi? Sungguh sangat di sayangkan ada seorang yang di pandang sebagai wakil Allah yang kemudian melakukan hal yang sudah tidak sesuai garis perjuangannya. Itulah yang membuat saat ini masyarakat yang masih berada di klas social bawah berusaha naik walupun melakukan pinjaman ke kiri ke kanan untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya hanya ilusif dan tidak bermakna.
“jangan lagi kita menguburkan kepalamu dalam pasir sorgawi yang tak tahu dimana asalnya, tapi bagaimana kita membawa kepala yang tertanam dalam pasir, kita cabut dan bawa kesuatu tempat yang mempunyai makna”.
Sebenarnya Seperti apakah natal itu?
Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frasa dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Tradisi ini diawali oleh Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Christos). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Dan biasanya perayaan natal tergaantung dari tradisi gereja masing-masing. www.sejarahbudayanatal.com
Saat ini natal yang di buat masyarakat adalah pesta porah yang membuat Tuhan menangis melihat kelakuan-kelakuan yang di buat oleh umat yang di tebusnya. Saya lebih sepakat jika perayaan natal di kembalikan sebagaimana mestinya. Karena, saat ini sampai di gereja-gereja cara perayaan sudah menjauh dari makna yang  sesungguhnya.
Natal yang sesungguhnya seperti apa?

                                                   Tondei 27 desember 2013

Tidak ada komentar: