Perjalanan hari ini sudah kami persiapkan sejak beberapa hari
yang lalu dan mungkin ada orang asing yang akan ikut dengan kami. Persiapan
demi persiapan sudah kami buat sejak pagi tadi dan bahkan Jufri dan Berry yang
tinggal di kampung sudah berada dengan kami di desa yang mempunyai universitas
terlalu rakus dengan uang. Mahasiswa sudah seperti budak yang sesalu di
perintah semena-mena dan anehnya mahasiswa hari ini mengikuti alur mereka dan
bahkan menjilat seperti anjing demi memenuhi hasrat kekuasaan mungkin ini yang
dinamakan proses membohi diri bahkan sampai pada proses membinatangkan diri
maupun orang lain.
Kami semua sudah siap dan tinggal menunggu kedatangan dari 2
wanita yang berasal dari Bitung dan Mongondo kota yang terkenal dengan cakalang
dan bentor. Membutuhkan 60 menit untuk menunggu kedua wanita itu dan “minjo nae
oto jotorang sampe di Tomohon soalnya dorang Iwiyan so di bus kong torang kiing
moba blanja lagi” akupun memutuskan untuk menemani Della dan Jufri, Berri,
Charli, Miya dan Cici kami tinggalkan. Setibanya di kota yang mereka katakan
kota bersih padahal tidak, kami langsung berbelanja untuk keperluan hidup di
Goa dan setelah selesai berbelanja membutuhkan hampir satu jam menunggu Iwiyan
dan temannya. Saat mereka tiba aku melihat ada 4 orang asing dan itu membuat
mata-mata yang ada di sekitarku menatap mereka derngan terheran-heran.
Perpisahanpun terjadi antara Iwiyan dan Della karena dia harus kembali ke
kampung sedangkan kami akan berpetualang.
“mana tu laeng?” Tanya Iwiyan yang tampan ketika memikul carrier itu. “masih ja ba D.O”. iwiyanpun langsung memperkenalkan teman-temannya itu dan kami memutuskan untuk mulai berjalan menuju goa susuripen. “ba D.O jotorang kaatas soalnya banyak kwa oto” iwiyanpu menjawab “dorang kine suka moba jalang kaki”. Panas saat itu seperti itu tak seperti yang aku bayangkan dan perjalanan yang akan di tempuh mungkin 1 kilo. Sementara beristirahat ternyata jufri dan kawan-kawan mendapat tumpangan dari pak sopir dan ketika turun dari mobil mereka langsung membayarnya. Kamipun berjalan bersama menuju goa. Di perjalanan kami di berikan hadiah dengan keindahan alam kota tomohon dan di suguhi dengan tanaman-tanaman yang kami nikmati lewat mata. Sementara berjalan tanpa terasa kami sudah sampai di basecamp disana sudah ada sebagian teman kami yang lebih dulu sampai. Tenda-tenda mulai di buka dan aku memutuskan untuk membuat makan siang sebelum menyusuri goa.
“mana tu laeng?” Tanya Iwiyan yang tampan ketika memikul carrier itu. “masih ja ba D.O”. iwiyanpun langsung memperkenalkan teman-temannya itu dan kami memutuskan untuk mulai berjalan menuju goa susuripen. “ba D.O jotorang kaatas soalnya banyak kwa oto” iwiyanpu menjawab “dorang kine suka moba jalang kaki”. Panas saat itu seperti itu tak seperti yang aku bayangkan dan perjalanan yang akan di tempuh mungkin 1 kilo. Sementara beristirahat ternyata jufri dan kawan-kawan mendapat tumpangan dari pak sopir dan ketika turun dari mobil mereka langsung membayarnya. Kamipun berjalan bersama menuju goa. Di perjalanan kami di berikan hadiah dengan keindahan alam kota tomohon dan di suguhi dengan tanaman-tanaman yang kami nikmati lewat mata. Sementara berjalan tanpa terasa kami sudah sampai di basecamp disana sudah ada sebagian teman kami yang lebih dulu sampai. Tenda-tenda mulai di buka dan aku memutuskan untuk membuat makan siang sebelum menyusuri goa.
Perjalanan menyusuri goa tersebut membutuhkan waktu satu jam
ataupun lebih. 11 orang masuk dan di pikiranku ini terlalu banyak Karena
biasanya kami masuk 4 sampai 5 orang saja. 6 dari kami adalah meraka yang baru
pertma kali menyusuri goa rasa takut si bentor dan cakalang mungkin tak bias di
sembunyikan namun niat dan kemauan mereka yang membuat mereka sampai pada titik
terakhirdalam goa dan si bule-bule itu yang menurutku paling berani adalah
Lizzy seorang wanita keturunan amerika-jerman yang berumur 25 tahun dan
menurutku dia cantik. Sedangkan Mark yang mencoba mencapai titikerakhir dalam
goa terrsebut tidak berhasil sedangkan 2 lainnya tak berani masuk di titik terakhir. Setelah puas menikmati keindahan
goa susuripen kamipun memtuskan untuk keluar dan kembali ke basecamp.
Setibanya di luar, canda tawapun terjadi ketika mereka beristirahat sampai malam mulai menampakan
diri di sela-sela canda tawa. Dua dari mereka yaitu Nick dan Apatya berencana
untuk turun dan kembali ke manado kerena
ada urusan yang harus diselesaikan dan merekapun turun bersama dua pendaki yang
disaat itu pula berencana turun. Kemudian
ke duakalinya di persiapkan oleh saya dan Sandi. Setelah selesai makan
kami mengadakan kegiatan uji materi yang merupakan ujian terakhir mereka lewat
pos to pos. ada 4 orang saat itu yang
ikut ialah Charli, Adi, Miya, dan juga Ciccy.
Pikirku saat itu,
kegitan seperti ini hanyalah sebagai basa-basi saja dan menurutku tak perlu
karena kita akan mengetahui seorang yang
mencintai alam adalah dengan kita melihat tindakan bukan teori tetapi
bukan berarti kita kita harus menyampingkan teori melainnkan yang terpenting kepedulian
akan kesadaran akan kehidupan. Manusia berbafas bukan ketika kita menarik
tarikan dari hidung ataupun mulut da kita dapat hidup tetapi oksigen yang dikeluarkan
tumbuhan justru itu yang akan membuat manusia bias menghirup/bernafas.
Kesadaran yag terpenting pertama adalah kesadaran diri.
Setelah selesai kegiatan pos to pos, kami langsung menyiapkan
makan malam dan masing-masing dari kami mengetahui apa yang harus dikerjakan.
Makan malampun siap dan selamat makan ….
Canda tawa setelah selesai makan membanjiri keadaan di malam
itu sampai rasa kantuk menghujani masing-masing dari setiap pribadi kami. Satu
persatu dari kami terlelap sampai fajar menyingsing. Persiapan smokol kembali di persiapkan lebih awal
karena puncak yang mempunyai danau sementara menunggu kami, akan tetapi
mendapatkan halangan ketika kami tidak menghargai waktu dan hasilnya pejalanan
menuju gunung tampusu di mulai sekitar jam 10 pagi.
Sebelumnya, kami beristirahat sejenak di kos asri dan
kira-kira sepuluh menit kemudian perjalanan kami lanjutkan dengan pasukan
yang sudah berkurang dan Iswan,
Sandi, Charli, Aldi, Jufri, Berri, jenni, Mark, Lizzy, Adi, dan diriku yang penuh dengan kelelahan mencoba melangkakan
kaki di gunung yang membutuhan satu jam untuk
didaki. Cuaca yang mendung serta geerimis menemani perjalanan kami
sampai di puncak tampusu dan untuk mencapai danau itu kami harus menuun lagi
sekitar 100 meter.
Akhirnya danau tampusu menyambut kami dengan di berikannya
air untuk diminum setelah itu si dua bule itu menyempatkan diri untuk
mengabadikan tempat itu dengan mengambil gambar. Mungkin satu jam kami habiskan
di tempat itu dan setelahnya kami turun dan tiba dengan selamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar