Laman

Rabu, 23 November 2016

CATATAN SUSURIPEN, TAMPUSU, DAN SI BULE



Perjalanan hari ini sudah kami persiapkan sejak beberapa hari yang lalu dan mungkin ada orang asing yang akan ikut dengan kami. Persiapan demi persiapan sudah kami buat sejak pagi tadi dan bahkan Jufri dan Berry yang tinggal di kampung sudah berada dengan kami di desa yang mempunyai universitas terlalu rakus dengan uang. Mahasiswa sudah seperti budak yang sesalu di perintah semena-mena dan anehnya mahasiswa hari ini mengikuti alur mereka dan bahkan menjilat seperti anjing demi memenuhi hasrat kekuasaan mungkin ini yang dinamakan proses membohi diri bahkan sampai pada proses membinatangkan diri maupun orang lain.
Kami semua sudah siap dan tinggal menunggu kedatangan dari 2 wanita yang berasal dari Bitung dan Mongondo kota yang terkenal dengan cakalang dan bentor. Membutuhkan 60 menit untuk menunggu kedua wanita itu dan “minjo nae oto jotorang sampe di Tomohon soalnya dorang Iwiyan so di bus kong torang kiing moba blanja lagi” akupun memutuskan untuk menemani Della dan Jufri, Berri, Charli, Miya dan Cici kami tinggalkan. Setibanya di kota yang mereka katakan kota bersih padahal tidak, kami langsung berbelanja untuk keperluan hidup di Goa dan setelah selesai berbelanja membutuhkan hampir satu jam menunggu Iwiyan dan temannya. Saat mereka tiba aku melihat ada 4 orang asing dan itu membuat mata-mata yang ada di sekitarku menatap mereka derngan terheran-heran. Perpisahanpun terjadi antara Iwiyan dan Della karena dia harus kembali ke kampung sedangkan kami akan berpetualang.
“mana tu laeng?” Tanya Iwiyan yang tampan ketika memikul carrier itu. “masih ja ba D.O”. iwiyanpun langsung memperkenalkan teman-temannya itu dan kami memutuskan untuk mulai berjalan menuju goa susuripen. “ba D.O jotorang kaatas soalnya banyak kwa oto” iwiyanpu menjawab “dorang kine suka moba jalang kaki”. Panas saat itu seperti itu tak seperti yang aku bayangkan dan perjalanan yang akan di tempuh mungkin 1 kilo. Sementara beristirahat ternyata jufri dan kawan-kawan mendapat tumpangan dari pak sopir dan ketika turun dari mobil mereka langsung membayarnya. Kamipun berjalan bersama menuju goa. Di perjalanan kami di berikan hadiah dengan keindahan alam kota tomohon dan di suguhi dengan tanaman-tanaman yang kami nikmati lewat mata. Sementara berjalan tanpa terasa kami sudah sampai di basecamp disana sudah ada sebagian teman kami yang lebih dulu sampai. Tenda-tenda mulai di buka dan aku memutuskan  untuk membuat makan siang sebelum menyusuri goa.
Perjalanan menyusuri goa tersebut membutuhkan waktu satu jam ataupun lebih. 11 orang masuk dan di pikiranku ini terlalu banyak Karena biasanya kami masuk 4 sampai 5 orang saja. 6 dari kami adalah meraka yang baru pertma kali menyusuri goa rasa takut si bentor dan cakalang mungkin tak bias di sembunyikan namun niat dan kemauan mereka yang membuat mereka sampai pada titik terakhirdalam goa dan si bule-bule itu yang menurutku paling berani adalah Lizzy seorang wanita keturunan amerika-jerman yang berumur 25 tahun dan menurutku dia cantik. Sedangkan Mark yang mencoba mencapai titikerakhir dalam goa terrsebut tidak berhasil sedangkan 2 lainnya tak berani masuk di titik  terakhir. Setelah puas menikmati keindahan goa susuripen kamipun memtuskan untuk keluar dan kembali ke basecamp.
Setibanya di luar, canda tawapun terjadi ketika mereka  beristirahat sampai malam mulai menampakan diri di sela-sela canda tawa. Dua dari mereka yaitu Nick dan Apatya berencana untuk turun  dan kembali ke manado kerena ada urusan yang harus diselesaikan dan merekapun turun bersama dua pendaki yang disaat itu pula berencana turun. Kemudian  ke duakalinya di persiapkan oleh saya dan Sandi. Setelah selesai makan kami mengadakan kegiatan uji materi yang merupakan ujian terakhir mereka lewat pos to pos.  ada 4 orang saat itu yang ikut ialah Charli, Adi, Miya, dan juga Ciccy.
Pikirku saat  itu, kegitan seperti ini hanyalah sebagai basa-basi saja dan menurutku tak perlu karena kita akan mengetahui seorang yang  mencintai alam adalah dengan kita melihat tindakan bukan teori tetapi bukan berarti kita kita harus menyampingkan teori melainnkan yang terpenting kepedulian akan kesadaran akan kehidupan. Manusia berbafas bukan ketika kita menarik tarikan dari hidung ataupun mulut da kita dapat hidup tetapi oksigen yang dikeluarkan tumbuhan justru itu yang akan membuat manusia bias menghirup/bernafas. Kesadaran yag terpenting pertama adalah kesadaran diri.
Setelah selesai kegiatan pos to pos, kami langsung menyiapkan makan malam dan masing-masing dari kami mengetahui apa yang harus dikerjakan. Makan malampun siap dan selamat makan ….
Canda tawa setelah selesai makan membanjiri keadaan di malam itu sampai rasa kantuk menghujani masing-masing dari setiap pribadi kami. Satu persatu dari kami terlelap sampai fajar menyingsing. Persiapan smokol kembali di persiapkan lebih awal karena puncak yang mempunyai danau sementara menunggu kami, akan tetapi mendapatkan halangan ketika kami tidak menghargai waktu dan hasilnya pejalanan menuju gunung tampusu di mulai sekitar jam 10 pagi.
Sebelumnya, kami beristirahat sejenak di kos asri dan kira-kira sepuluh menit kemudian perjalanan kami lanjutkan dengan  pasukan  yang sudah  berkurang dan Iswan, Sandi, Charli,  Aldi, Jufri, Berri,  jenni, Mark, Lizzy, Adi, dan diriku yang  penuh dengan kelelahan mencoba melangkakan kaki di gunung yang membutuhan satu jam untuk  didaki. Cuaca yang mendung serta geerimis menemani perjalanan kami sampai di puncak tampusu dan untuk mencapai danau itu kami harus menuun lagi sekitar 100 meter.

Akhirnya danau tampusu menyambut kami dengan di berikannya air untuk diminum setelah itu si dua bule itu menyempatkan diri untuk mengabadikan tempat itu dengan mengambil gambar. Mungkin satu jam kami habiskan di tempat itu dan setelahnya kami turun dan tiba dengan selamat

Tidak ada komentar: