Laman

Rabu, 23 November 2016

PEMBABTISAN


Dalam Perjalanan
beberapa hari yang lalu kami (STMS) sudah membuat persiapan menuju puncak Gunung soputan dan dalam perjalanan ini kami terkumpul 6 orang 5 diantaranya adalah tou Tindei yang bergelut di STMS dan 1 lainnya adalah Nanu (panggilan sayang-sayang untuk wanita kotamobagu) atau Miya Ketangrejo. Awalnya sangat meragukan buatku untuk wanita ini ikut dengan kami dengan melihat situasi pada waktu itu hanya dia satu-satunya wanita yang akan ikut dengan kami apalagi, dia belum mengenal kami dengan baik. Tetapi semangat juang untuk bertemu dengan Soputaan sangat tinggi sehingga pagi itu saya menghubunginya lewat via sms untuk memastikan apakah dia akan itu dan alhasil dia mengatakan untuk menjemput dirinya di depan tempat kosnya. Setelah itu saya meminta bantuan kepada Jufri yang adalah salahsatu dari kami untuk menjemput Miya dan membawa hp-ku untuk menghubungi dia jika sudah sampai di depan kosnya  karena kebetulan jufri belum mengenali wanita ini dan sebaliknya, saya waktu itu dalam keadaan akan membeli gas untuk masakan yang akan kami bawa. Setelah saya kembali membeli gas saya melihat dari arah mendekati tempat tujuan sosok wanita dengan rambut panjang kulit yang putih tinggi kira-kira mirip Avril Lavigne. Bisa saya pastikan itu adalah miya, dan saya langsung memberikan gas itu pada iswadi untuk memasangnya. Setelah saya bertemu dengannya dia mengatakan “gong shi fat chai”. Saya sendiri bingung apa maksud dari perkataan itu dan sayapun langsung menyapanya untuk melihat reaksinya ketika dia tahu bahwa hanya dia satu-satunya wanita yang akan ikut. Saat it juga setelah saya selesai bercerita dengannya saya bisa pastikan Nanu ini siap untuk berangkat.
Yanli,Iswan, Miya, Chavez, Jufri.
Setelah beberapa waktu menunggu, makananpun selesai di masak dan kami langsung bersiap untuk berangkat dan waktu saat itu menunjukan pukul 10.00 wita. Setelah di awali dengan doa kamipun langsung berangkat ke jalan depan untuk mencari kendaraan menuju desa pinabetengan. Desa ini salah satu jalur menuju ke-kesoputan.  Perjalanan di mulai dari perum baru dan kami menunggu kendaraan yang bersedia membawa kami ke tempat tujuan yaitu desa pinabetengan. Setelah lama menunggu satu kendaraan lewat dan saya dan Iswan langsung mengangkat tangan kanan kami sampai depan dada karena itu adalah tanda bahwa kami meminta untuk menumpang tetapi kedaraan itu lewat begitu saja. Setengah jam berikutnya sebuah truk berwarna kuning akan lewat, kamipun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan hasilnya trukpun berhenti dan memberi tanda bahwa dia bersedia memberikan tumpangan untuk kami. Di truk atas truk kami berharap kendaraan ini akan menuju ke langowan karena kami akan melewati tempat itu. Sangat kebetulan sekali kendaraan itu menuju ke-langowan dan sesampainya di langowan hanya ucapan terimakasih yang keluar dari kami pak sopir yang baik hatipun mengatakan “iyo… makase sama-sama”. Dari langowan kami mencari kendaraan yang arahnya menuju kawangkoan mungkin 15 menit kami menunggu dan ada kendaraan yang memberikan tumpangan untuk kami. Setelah mendekati jalan menuju ke desa pinabetengan kamipun turun dari mobil itu dan jalan kaki menuju pinabetengan. Disinilah kaki akan di uji apakah benar-benar kuat atau tidak :D hhehe…

dari ujung desa pinabetengan kami mulai berjalan kaki melewati institute seni dan budaya sulut dan juga sekaligus museum. Di perkampungan kami membeli perlengkapan yang akan di bawa antara lain minyak tang/bensin, air mineral, dll. Juga kamipun tak lupa bertanya jalan kepada bapak-bapak yang sedang santai di depan kios dan hasilnya bapak-bapak itu menunjukkan jalan yang harus kami lewati untuk masuk di rute pendakian. Di perkampungan ini kami erasakan kepanasan yang dahsyat karena saat itu sudah tengah hari. terus berjalan, kamipun mngikuti jalan yang bapak tadi katakan dan kamipun menemukan jalan yang sudah mulai menanjak mungkin dalam pikiranku inilah jalannya.
Rasa lapar sudah mulai membayangi kami dan Iswan langsung mengatakan “brenti sini dulu torang kong makang siang dulu” kamipun istirahat sekaligus makan siang. Setelah makan siang perjalanan siap di lanjutkan, kami mellewati perkebunan warga yang penuh dengan tanaman sayur-sayuran, tomat, bawang, brenebon, dll. Tanaman disana sangat subur. Rasa kepanasan mulai dirasakan oleh kami dan Miyapun mengatakan untuk beristirahat “tunggu, so hosa kita”kamipun langsung berhenti dan mengambil minuman untuk sedikit membasahahi gergantang (tenggorokan). Merasa sudah sedikit mendingan, kamipun langsung melanjutkan perjalanan karena mungkin perjalanan ke pinus 1 masih jauh. Jalan semakin menanjak dan terlihat satu-satunya wanita yang ikut sudah kelihatan sangat lelah dan dalam pikiranku “paling dia so nda mampu ini” mungkin dia jarang melakukan perjalanan jauh seperti ini sehingga sangat kelihatan rasa lelahnya. Satu persatu dari kami mulai memberikan semangat agar supaya perjuangannya tak sia-sia dan ternyata wanita yang satu ini mungin terhipnotis sehingga diapun langsung mengatakan untuk melanjutkan perjalanan. Setapak demi setapak kaki kami mulai berjalan, disini kami mulai mengikuti alur dari Miya yang menurut saya dia yang terpelan saat itu. Terus berjalan dan terus berjalan akhirnya kami sampai di pinus 1 tempat peristirahatan yang menurut saya kami harus sedikit lebih lama mengambil pernapasan (istirahat) untuk memulihkan tenaga dan mungkin yang di otaku saat itu adalah si Nanu. Dalm peristirahatan kami mulai bermain dan terlihat Chaves dan Jufri bermain danmenurutku itu justru membuat kita semakin lelah tak lama kemudian Iswan ikut bermain hehehe… :D sementara bermain, sekelompok KPA tiba di pinus 1 dan kamipun langsung saling menyapa  satu sama lain “boleh brapa lama mo sampe di pinus dua” Tanya Iswan. “satu jam sto” jawab dari seorang dari klompok tersebut.
Setelah merasa kelelahan sudah mulai menjauh kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju pinus dua, tempat Dimana kami akan beristirahat (bermalam) sebelum menuju di puncak soputan. Kaki kamipun mulai bergerak tanda perjalanan sudah di lanjutkan disini kami mencium bauh yang tak asing bagi kami yaitu uap dari lahar soputan dan kami semakin bersemangat untuk sampai di tempat tujuan karena dalam catatan yang dibaca oleh iswan mengenai rute soputan salah satu akan melewati bau itu. “brenti dulu kwa, so lelah kita” kata Miya. Tatapan yang sedikit bermohon untuk berhenti tertanam di wajah seorang wanita yang mungkin mempunyai darah Jawa ini. Ahirnya kami berhenti dan dalam pemberhentian ini Miya langsung mengambil roti yang ada di tasnya dan langsung memakannya “hmmmp… ternyata dia lapar” kataku dalam hati. Setalah sedikit mengambil nafas “manjo torang so mo lanjut” terdengar seruan itu dari mulut si Nanu. Perjalanan di lanjutkan dan mungkin sebungkus roti itu menjadi kekuatan dari seprang Miya dan saat itu saya teringat dengan film  Asterix dan Obelix yang kekuatannya dri ramuan yang di minum tetapi berbeda dengan ini yaitu roti yang di makan. Dalam perjalanan kami menemukan pancurang dan disitu botol air yang kosong langsung diisi untuk bekal kedepan dan terus berjalan kami bertemu dengan sungai dan jalan mulai tidak menanjak dan akhirnya kami sampai di pinus dua setelah melewati sungai tersebut. pembuatan tenda adalah hal pertama yang ada di benak kami dan masing-masing dari kami mendapat tugas yang berbeda untuk membuat tenda dan mencari kayu bakar untuk perapian dan saya mendapatkan tugas mencari kayu bakar. Setelah kembali dengan kayu bakar yang di bawa saya melihat ada seseorang yang ada di situ dan langsung saya dakati dan dia mengatakan bahwa dia sudah 4 hari tinggal sendiri. Dan akhirnya dua terpal yang di bawa sudah bisa menjadi tempat berteduh dan beristirahat. Gelap sudah menunjukan bahwa dia akan datang, kami mulai  membuat masakan untuk makan malam telihat Handi, Jufri, Chaves sementara mebuat makan malam dan membuat api. Disepanjang malam itu banyak KPA yang datang dan keesokan harinya tempat yang awalnya hanya dua tenda yang berdiri kini sudah tidak bisa dihitung secara kasat mata. Terlihat saat ini wajah-wajah yang tidurnya tidak baik dan dari mereka mengatakan kedinginan “hmmp mungkin itu biasa-biasa saja dan tidak sebanding dengan dinginnya Kelabat” pikirku. Persiapan sarapan pagi aakan kami persiapkan dan 3 dari kami mengambil air di pancurang kira-kira 5 menit perjalanan menuju air. Setelah kembali masakanpun mulai di buat karena hari ini rute kami akan menuju ke puncak Soputan betapa semangatnya kami di pagi itu dengan bukti wajah yang berseri.
Setelah selesai sarapan pagi, kami langsung bergegas menuju ke puncak soputan dengan harapan akan mendapatkan hal yang menarik. perjalanan mungkin masih sekitar 15-20 menit menuju puncak soputan dan kami sampai di puncak dan terlihat dengan jelas tempat-tempat yang jauh dari kami. Ternyata tempat ini bukan puncaknya dan terlihat betapa indahnyacitaan tuhan gunung yang aktiv dengan ledakannya itu. “sana torang mo pigi akang” kata Iswan sambil menunjuk. Sedikit kaget setalah saya melihat tempat yang akan kami tuju berada sangat dekat dengan ledakan. Rasa takut mulai menghampiriku dan terasa saat itu jantungku sedikit berdetak tidak seperti biasanya dan Nampak dari kejauhan orang-orang yang memanjat anak gunung tersebut.
Perasaanku tidak seperti biasanya tapi aku mencoba menenangkan diri dan berusaha tidak menunjukan rasa takut itu kepada yang lain. perjalanan kami lanjutkan setelah selesai beristirahat dan medan saat ini sudah tak seperti biasanya karena kami melewati longsor yang panjang dan jalan yang begitu curam dan akhirnya kami sampai di titik dimana kami harus bersetubuh dengan krikil (bebatuan yang halus) dan tandanya kami sudah berada di kaki anak soputan, terlihat betapa bersemangatnya Jufri, Handi, Chaves dan Iswan dengan bukti mereka sudah berada di depan dari saya dan Miya. Mungkin saat itu saya tak bisa menjauhi wanita ini karena dia sudah mulai terlihat lelah dan dalam pendakian kami berada paling belakang karena saya berusaha menyesuaikan langkah dengan Nanu dan akhirnya kami sampai di puncak soputan dan Nampak banyak orang yang berada disana dan aku melihat seekor anjing yang ikut bersama seorang anak dalam mencapai puncak soputan “betapa setianya anjing ini kepada tuannya bahkan menuju puncak inipun dia ikut bersama tuannya tetapi sering kali banyak tuan yang justru ketika membuatnya kesal mereka justru memukul dengan tidak mempunyai ukuran bahkan sampai ada yang mati. Pernahkah kalian berpikir bahwa anjing adalah teman yang setia bahkan lebih setia dari pada manusia?” kataku dalam hati ketika melihat perjuangan anjing itu.
Diatas puncak kami mulai berjalan menuju tempat yang ditanam bendera merah putih. Disana kami mulai mengabadikan tempat itu dengan mengambil gambar dan terlihat si Nanu mulai di dekati oleh KPA lain dengan harapan bisa mengambil gambar bersamanya hehhe mungkin dia wanita tercantik saat itu yang ada di puncak soputan. Setelah itu kami melakukan prosesi pembabtisan kepada wanita yang berasal dari kota mobagu itu dan saat itu yang menjadi pembabtis adalah Iswan Sual dan menjadi saksi dari pembabtisan itu adalah kami. “saya, atas nama saya sendiri dengan ini membabtis saudara Miya ketangrejo menjadi Miya ketangrejo Soputan dan di saksikan oleh bapak-bapak babtis” kata Iswan. xixiixi… :D kami melakukan prosesi ini hanya membuat satu sejarah bahwa seorang wanita yang di katakan teman-temannya dia tidak akan sanggup untuk mencapai pucak soputan dan sebagai bukti untuk di tujukan kepada teman-temannya bahwa dia sampai.
Setelah sekian lama kami berada di puncak, kami memutuskan untuk turun dab saat itu awan sudah mulai gelap dan mungkin sedikit lagi akan turun hujan jadi kami mulai turun dari gunung dan kembali ke pinus dua. Dalam perjalanan turun jufri dan Chaves mencari kayu untuk di bawa ke tenda sebagai persiapan nanti malam karena mungkin mereka merasa kedinginan yang hebat malam sebelumnya. Kami turun dengan membawa kayu dan terlihat si Nanu kembali menampakan diri dengan gaya yan kelelahan dan lapar karena kamipun merasakan lapar. Setelah kami tiba di tenda makanan langsung kami persiapkan.
Ketika malam tiba kayu yang di bawa Jufri dan Chaves membuahkan hasil yaitu bisa menghangatkan dan saat itu banyak dari tema-teman yang lain datang mendekat untuk mencari kehangatan dan mungkin karena ingin dekat dengan Nanu. Sosok Skipen saat itu yang menjadi character pencipta kelucuan di malam itu karena dalam perkumpulan di dekat api tersebut dia selalu bercerita hal-hal yang membuat kami tertawa. Rasa kantukku saat itu tak bisa di bending dan saya memutuskan untuk beristirahat di dalam tenda dan membiarkan mereka bercanda ria bersama di luar. Dalam tidurku aku merasakan kedinginan yang hebat yang menikamku seperti pisau belati yang tajam saat itu waktu menunjukan jam 2 subuh merasa tak tahan dengan kedinginan akhirnya saya keluar dari tenda dan mendekat di perapiansaat itu saya melihat ada beberapa dari kami yang sudah tidur di dekat perapian dan sampai terang mulai menampakan diri saya berada di dekat perapian. Satu persatu dari kami mulai bangun dan langsung mengumpulkan piring-piring yang kotor untuk dibawa di tempat menimba air sekaligus mencuci perkakas yang kotor setelah itu kami sarapan dan bersiap untuk turun dari gunung dan kembali ke Tondano.
Bunga yang blur
Perjalanan turun kali ini terasa begitu berbeda dari sebelumnya karena mungkin sudah di bayar ketika kami berada di puncak dan mungkin bawaan kami yang sedikit lebih ringan dari sebelumnya dan tak terasa kami sudah tiba di pinus satu dan tujuan perjalan kami sudah tidak akan melewati desa pinabetengan dan akan melewati desa Tonsewer. Saat ini matahri sementara memancarkan cahayanya yang begitu menyengat dan bukti salah satu dari kami sudah terlihat kosong tetapi kami tetap seperti biasa berjalan terus berjalan dan istirahat jika di butuhkan dan hasilnya kami tiba di desa Tonsewer  terlihat Nanu sudah mulai lohang kata (kata yang sering kami gunakan jika kaki sudah terasa tak seperti biasa) cara berjalannya seperti robot dan saat itu saya teringat waktu berada di perjalanan turun ke kelabat sayapun waktu itu mendapat hal yang sedang menimpa Nanu yaitu lohang dalam perjalanan dan saya bisa membayangkan betapa siksanya.
Perjalanan yang kami lalui dari Tonsewer-Langowan begitu memakan tenaga karena saat itu panasnya sangat menyengat dan saat itu yang saya pikirkaan yang paling merasakan lelahnya adalah Nanu karena ini juga adalah perjalan pertamanya. Ketika kami tiba di Langowan kami langsung menuju ke jalur yang menuju ke Tondano dan ternyata kami harus berjalan lagi sekitar setengah jam dan ketika sampai di jalur tersebut, kami langsung D.O dan menuju ke Tondano.
Sungguh perjalanan yang tak bisa di lupakan. :D

2014

Tidak ada komentar: