Dalam Perjalanan |
beberapa hari yang lalu kami (STMS)
sudah membuat persiapan menuju puncak Gunung soputan dan dalam perjalanan ini
kami terkumpul 6 orang 5 diantaranya adalah tou Tindei yang bergelut di STMS
dan 1 lainnya adalah Nanu (panggilan sayang-sayang untuk wanita kotamobagu)
atau Miya Ketangrejo. Awalnya sangat meragukan buatku untuk wanita ini ikut
dengan kami dengan melihat situasi pada waktu itu hanya dia satu-satunya wanita
yang akan ikut dengan kami apalagi, dia belum mengenal kami dengan baik. Tetapi
semangat juang untuk bertemu dengan Soputaan sangat tinggi sehingga pagi itu
saya menghubunginya lewat via sms untuk memastikan apakah dia akan itu dan
alhasil dia mengatakan untuk menjemput dirinya di depan tempat kosnya. Setelah
itu saya meminta bantuan kepada Jufri yang adalah salahsatu dari kami untuk
menjemput Miya dan membawa hp-ku untuk menghubungi dia jika sudah sampai di
depan kosnya karena kebetulan jufri
belum mengenali wanita ini dan sebaliknya, saya waktu itu dalam keadaan akan
membeli gas untuk masakan yang akan kami bawa. Setelah saya kembali membeli gas
saya melihat dari arah mendekati tempat tujuan sosok wanita dengan rambut
panjang kulit yang putih tinggi kira-kira mirip Avril Lavigne. Bisa saya
pastikan itu adalah miya, dan saya langsung memberikan gas itu pada iswadi
untuk memasangnya. Setelah saya bertemu dengannya dia mengatakan “gong shi fat
chai”. Saya sendiri bingung apa maksud dari perkataan itu dan sayapun langsung
menyapanya untuk melihat reaksinya ketika dia tahu bahwa hanya dia satu-satunya
wanita yang akan ikut. Saat it juga setelah saya selesai bercerita dengannya
saya bisa pastikan Nanu ini siap untuk berangkat.
Yanli,Iswan, Miya, Chavez, Jufri. |
Setelah beberapa waktu menunggu,
makananpun selesai di masak dan kami langsung bersiap untuk berangkat dan waktu
saat itu menunjukan pukul 10.00 wita. Setelah di awali dengan doa kamipun
langsung berangkat ke jalan depan untuk mencari kendaraan menuju desa pinabetengan.
Desa ini salah satu jalur menuju ke-kesoputan.
Perjalanan di mulai dari perum baru dan kami menunggu kendaraan yang
bersedia membawa kami ke tempat tujuan yaitu desa pinabetengan. Setelah lama
menunggu satu kendaraan lewat dan saya dan Iswan langsung mengangkat tangan
kanan kami sampai depan dada karena itu adalah tanda bahwa kami meminta untuk
menumpang tetapi kedaraan itu lewat begitu saja. Setengah jam berikutnya sebuah
truk berwarna kuning akan lewat, kamipun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan
hasilnya trukpun berhenti dan memberi tanda bahwa dia bersedia memberikan
tumpangan untuk kami. Di truk atas truk kami berharap kendaraan ini akan menuju
ke langowan karena kami akan melewati tempat itu. Sangat kebetulan sekali
kendaraan itu menuju ke-langowan dan sesampainya di langowan hanya ucapan
terimakasih yang keluar dari kami pak sopir yang baik hatipun mengatakan “iyo…
makase sama-sama”. Dari langowan kami mencari kendaraan yang arahnya menuju
kawangkoan mungkin 15 menit kami menunggu dan ada kendaraan yang memberikan
tumpangan untuk kami. Setelah mendekati jalan menuju ke desa pinabetengan
kamipun turun dari mobil itu dan jalan kaki menuju pinabetengan. Disinilah kaki
akan di uji apakah benar-benar kuat atau tidak :D hhehe…
dari ujung desa pinabetengan kami mulai berjalan kaki melewati institute seni dan budaya sulut dan juga sekaligus museum. Di perkampungan kami membeli perlengkapan yang akan di bawa antara lain minyak tang/bensin, air mineral, dll. Juga kamipun tak lupa bertanya jalan kepada bapak-bapak yang sedang santai di depan kios dan hasilnya bapak-bapak itu menunjukkan jalan yang harus kami lewati untuk masuk di rute pendakian. Di perkampungan ini kami erasakan kepanasan yang dahsyat karena saat itu sudah tengah hari. terus berjalan, kamipun mngikuti jalan yang bapak tadi katakan dan kamipun menemukan jalan yang sudah mulai menanjak mungkin dalam pikiranku inilah jalannya.
dari ujung desa pinabetengan kami mulai berjalan kaki melewati institute seni dan budaya sulut dan juga sekaligus museum. Di perkampungan kami membeli perlengkapan yang akan di bawa antara lain minyak tang/bensin, air mineral, dll. Juga kamipun tak lupa bertanya jalan kepada bapak-bapak yang sedang santai di depan kios dan hasilnya bapak-bapak itu menunjukkan jalan yang harus kami lewati untuk masuk di rute pendakian. Di perkampungan ini kami erasakan kepanasan yang dahsyat karena saat itu sudah tengah hari. terus berjalan, kamipun mngikuti jalan yang bapak tadi katakan dan kamipun menemukan jalan yang sudah mulai menanjak mungkin dalam pikiranku inilah jalannya.
Rasa lapar sudah mulai membayangi
kami dan Iswan langsung mengatakan “brenti sini dulu torang kong makang siang
dulu” kamipun istirahat sekaligus makan siang. Setelah makan siang perjalanan
siap di lanjutkan, kami mellewati perkebunan warga yang penuh dengan tanaman
sayur-sayuran, tomat, bawang, brenebon, dll. Tanaman disana sangat subur. Rasa
kepanasan mulai dirasakan oleh kami dan Miyapun mengatakan untuk beristirahat
“tunggu, so hosa kita”kamipun langsung berhenti dan mengambil minuman untuk
sedikit membasahahi gergantang (tenggorokan). Merasa sudah sedikit mendingan,
kamipun langsung melanjutkan perjalanan karena mungkin perjalanan ke pinus 1
masih jauh. Jalan semakin menanjak dan terlihat satu-satunya wanita yang ikut
sudah kelihatan sangat lelah dan dalam pikiranku “paling dia so nda mampu ini”
mungkin dia jarang melakukan perjalanan jauh seperti ini sehingga sangat
kelihatan rasa lelahnya. Satu persatu dari kami mulai memberikan semangat agar
supaya perjuangannya tak sia-sia dan ternyata wanita yang satu ini mungin terhipnotis
sehingga diapun langsung mengatakan untuk melanjutkan perjalanan. Setapak demi
setapak kaki kami mulai berjalan, disini kami mulai mengikuti alur dari Miya
yang menurut saya dia yang terpelan saat itu. Terus berjalan dan terus berjalan
akhirnya kami sampai di pinus 1 tempat peristirahatan yang menurut saya kami
harus sedikit lebih lama mengambil pernapasan (istirahat) untuk memulihkan
tenaga dan mungkin yang di otaku saat itu adalah si Nanu. Dalm peristirahatan
kami mulai bermain dan terlihat Chaves dan Jufri bermain danmenurutku itu
justru membuat kita semakin lelah tak lama kemudian Iswan ikut bermain hehehe…
:D sementara bermain, sekelompok KPA tiba di pinus 1 dan kamipun langsung
saling menyapa satu sama lain “boleh
brapa lama mo sampe di pinus dua” Tanya Iswan. “satu jam sto” jawab dari
seorang dari klompok tersebut.
Setelah merasa kelelahan sudah mulai
menjauh kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju pinus dua, tempat
Dimana kami akan beristirahat (bermalam) sebelum menuju di puncak soputan. Kaki
kamipun mulai bergerak tanda perjalanan sudah di lanjutkan disini kami mencium
bauh yang tak asing bagi kami yaitu uap dari lahar soputan dan kami semakin
bersemangat untuk sampai di tempat tujuan karena dalam catatan yang dibaca oleh
iswan mengenai rute soputan salah satu akan melewati bau itu. “brenti dulu kwa,
so lelah kita” kata Miya. Tatapan yang sedikit bermohon untuk berhenti tertanam
di wajah seorang wanita yang mungkin mempunyai darah Jawa ini. Ahirnya kami
berhenti dan dalam pemberhentian ini Miya langsung mengambil roti yang ada di
tasnya dan langsung memakannya “hmmmp… ternyata dia lapar” kataku dalam hati.
Setalah sedikit mengambil nafas “manjo torang so mo lanjut” terdengar seruan
itu dari mulut si Nanu. Perjalanan di lanjutkan dan mungkin sebungkus roti itu
menjadi kekuatan dari seprang Miya dan saat itu saya teringat dengan film Asterix dan Obelix yang kekuatannya dri
ramuan yang di minum tetapi berbeda dengan ini yaitu roti yang di makan. Dalam
perjalanan kami menemukan pancurang
dan disitu botol air yang kosong langsung diisi untuk bekal kedepan dan terus
berjalan kami bertemu dengan sungai dan jalan mulai tidak menanjak dan akhirnya
kami sampai di pinus dua setelah melewati sungai tersebut. pembuatan tenda
adalah hal pertama yang ada di benak kami dan masing-masing dari kami mendapat
tugas yang berbeda untuk membuat tenda dan mencari kayu bakar untuk perapian
dan saya mendapatkan tugas mencari kayu bakar. Setelah kembali dengan kayu
bakar yang di bawa saya melihat ada seseorang yang ada di situ dan langsung
saya dakati dan dia mengatakan bahwa dia sudah 4 hari tinggal sendiri. Dan
akhirnya dua terpal yang di bawa sudah bisa menjadi tempat berteduh dan
beristirahat. Gelap sudah menunjukan bahwa dia akan datang, kami mulai membuat masakan untuk makan malam telihat
Handi, Jufri, Chaves sementara mebuat makan malam dan membuat api. Disepanjang
malam itu banyak KPA yang datang dan keesokan harinya tempat yang awalnya hanya
dua tenda yang berdiri kini sudah tidak bisa dihitung secara kasat mata. Terlihat
saat ini wajah-wajah yang tidurnya tidak baik dan dari mereka mengatakan
kedinginan “hmmp mungkin itu biasa-biasa saja dan tidak sebanding dengan
dinginnya Kelabat” pikirku. Persiapan sarapan pagi aakan kami persiapkan dan 3
dari kami mengambil air di pancurang kira-kira 5 menit perjalanan menuju air.
Setelah kembali masakanpun mulai di buat karena hari ini rute kami akan menuju
ke puncak Soputan betapa semangatnya kami di pagi itu dengan bukti wajah yang
berseri.
Setelah selesai sarapan pagi, kami langsung
bergegas menuju ke puncak soputan dengan harapan akan mendapatkan hal yang
menarik. perjalanan mungkin masih sekitar 15-20 menit menuju puncak soputan dan
kami sampai di puncak dan terlihat dengan jelas tempat-tempat yang jauh dari
kami. Ternyata tempat ini bukan puncaknya dan terlihat betapa indahnyacitaan
tuhan gunung yang aktiv dengan ledakannya itu. “sana torang mo pigi akang” kata
Iswan sambil menunjuk. Sedikit kaget setalah saya melihat tempat yang akan kami
tuju berada sangat dekat dengan ledakan. Rasa takut mulai menghampiriku dan
terasa saat itu jantungku sedikit berdetak tidak seperti biasanya dan Nampak
dari kejauhan orang-orang yang memanjat anak gunung tersebut.
Perasaanku tidak seperti biasanya
tapi aku mencoba menenangkan diri dan berusaha tidak menunjukan rasa takut itu
kepada yang lain. perjalanan kami lanjutkan setelah selesai beristirahat dan
medan saat ini sudah tak seperti biasanya karena kami melewati longsor yang
panjang dan jalan yang begitu curam dan akhirnya kami sampai di titik dimana
kami harus bersetubuh dengan krikil (bebatuan yang halus) dan tandanya kami
sudah berada di kaki anak soputan, terlihat betapa bersemangatnya Jufri, Handi,
Chaves dan Iswan dengan bukti mereka sudah berada di depan dari saya dan Miya.
Mungkin saat itu saya tak bisa menjauhi wanita ini karena dia sudah mulai
terlihat lelah dan dalam pendakian kami berada paling belakang karena saya
berusaha menyesuaikan langkah dengan Nanu dan akhirnya kami sampai di puncak
soputan dan Nampak banyak orang yang berada disana dan aku melihat seekor
anjing yang ikut bersama seorang anak dalam mencapai puncak soputan “betapa
setianya anjing ini kepada tuannya bahkan menuju puncak inipun dia ikut bersama
tuannya tetapi sering kali banyak tuan yang justru ketika membuatnya kesal
mereka justru memukul dengan tidak mempunyai ukuran bahkan sampai ada yang
mati. Pernahkah kalian berpikir bahwa anjing adalah teman yang setia bahkan
lebih setia dari pada manusia?” kataku dalam hati ketika melihat perjuangan
anjing itu.
Diatas puncak kami mulai berjalan
menuju tempat yang ditanam bendera merah putih. Disana kami mulai mengabadikan
tempat itu dengan mengambil gambar dan terlihat si Nanu mulai di dekati oleh
KPA lain dengan harapan bisa mengambil gambar bersamanya hehhe mungkin dia wanita
tercantik saat itu yang ada di puncak soputan. Setelah itu kami melakukan
prosesi pembabtisan kepada wanita yang berasal dari kota mobagu itu dan saat
itu yang menjadi pembabtis adalah Iswan Sual dan menjadi saksi dari pembabtisan
itu adalah kami. “saya, atas nama saya sendiri dengan ini membabtis saudara
Miya ketangrejo menjadi Miya ketangrejo Soputan dan di saksikan oleh
bapak-bapak babtis” kata Iswan. xixiixi… :D kami melakukan prosesi ini hanya
membuat satu sejarah bahwa seorang wanita yang di katakan teman-temannya dia
tidak akan sanggup untuk mencapai pucak soputan dan sebagai bukti untuk di
tujukan kepada teman-temannya bahwa dia sampai.
Setelah sekian lama kami berada di
puncak, kami memutuskan untuk turun dab saat itu awan sudah mulai gelap dan
mungkin sedikit lagi akan turun hujan jadi kami mulai turun dari gunung dan
kembali ke pinus dua. Dalam perjalanan turun jufri dan Chaves mencari kayu
untuk di bawa ke tenda sebagai persiapan nanti malam karena mungkin mereka
merasa kedinginan yang hebat malam sebelumnya. Kami turun dengan membawa kayu
dan terlihat si Nanu kembali menampakan diri dengan gaya yan kelelahan dan
lapar karena kamipun merasakan lapar. Setelah kami tiba di tenda makanan
langsung kami persiapkan.
Ketika malam tiba kayu yang di bawa
Jufri dan Chaves membuahkan hasil yaitu bisa menghangatkan dan saat itu banyak
dari tema-teman yang lain datang mendekat untuk mencari kehangatan dan mungkin
karena ingin dekat dengan Nanu. Sosok Skipen saat itu yang menjadi character
pencipta kelucuan di malam itu karena dalam perkumpulan di dekat api tersebut
dia selalu bercerita hal-hal yang membuat kami tertawa. Rasa kantukku saat itu
tak bisa di bending dan saya memutuskan untuk beristirahat di dalam tenda dan
membiarkan mereka bercanda ria bersama di luar. Dalam tidurku aku merasakan
kedinginan yang hebat yang menikamku seperti pisau belati yang tajam saat itu
waktu menunjukan jam 2 subuh merasa tak tahan dengan kedinginan akhirnya saya
keluar dari tenda dan mendekat di perapiansaat itu saya melihat ada beberapa
dari kami yang sudah tidur di dekat perapian dan sampai terang mulai menampakan
diri saya berada di dekat perapian. Satu persatu dari kami mulai bangun dan
langsung mengumpulkan piring-piring yang kotor untuk dibawa di tempat menimba
air sekaligus mencuci perkakas yang kotor setelah itu kami sarapan dan bersiap
untuk turun dari gunung dan kembali ke Tondano.
Bunga yang blur |
Perjalanan turun kali ini terasa
begitu berbeda dari sebelumnya karena mungkin sudah di bayar ketika kami berada
di puncak dan mungkin bawaan kami yang sedikit lebih ringan dari sebelumnya dan
tak terasa kami sudah tiba di pinus satu dan tujuan perjalan kami sudah tidak
akan melewati desa pinabetengan dan akan melewati desa Tonsewer. Saat ini
matahri sementara memancarkan cahayanya yang begitu menyengat dan bukti salah
satu dari kami sudah terlihat kosong tetapi kami tetap seperti biasa berjalan
terus berjalan dan istirahat jika di butuhkan dan hasilnya kami tiba di desa
Tonsewer terlihat Nanu sudah mulai
lohang kata (kata yang sering kami gunakan jika kaki sudah terasa tak seperti
biasa) cara berjalannya seperti robot dan saat itu saya teringat waktu berada
di perjalanan turun ke kelabat sayapun waktu itu mendapat hal yang sedang
menimpa Nanu yaitu lohang dalam perjalanan dan saya bisa membayangkan betapa
siksanya.
Perjalanan yang kami lalui dari
Tonsewer-Langowan begitu memakan tenaga karena saat itu panasnya sangat
menyengat dan saat itu yang saya pikirkaan yang paling merasakan lelahnya
adalah Nanu karena ini juga adalah perjalan pertamanya. Ketika kami tiba di
Langowan kami langsung menuju ke jalur yang menuju ke Tondano dan ternyata kami
harus berjalan lagi sekitar setengah jam dan ketika sampai di jalur tersebut,
kami langsung D.O dan menuju ke Tondano.
Sungguh perjalanan yang tak bisa di
lupakan. :D
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar