Malam ini adalah malam yang seperti biasa. Malam yang selalu mengganggu
pekerjaanku ketika ingin membuat tugas kuliah. kebisingan yang dibuat oleh
teman yang ada disebelah kamarku selalu menggangguku. Setiap malam aku
merasakan kebisingan seperti ini music yang begitukeras diperdengarkan
sehingga membuat kegaduhan disekitar kamarnya dan tak terkecuali kamarku yang
hanya berdampingan. Dalam hatiku bertanya “apakah anak yang satu ini tidak ada
tugas kuliah?” semenjak kamarku berdekatan dengan dia 3 tahun lalu, aku tak
pernah melihatnya membuat tugas kuliah. “kasihan orang tuanya yang
membanggakannya di kampung sementara dianya tak pernah mengingat perjuangan
orang tua dalam membawanya di kampus” gumamku dalam hati.
Rasa kesalku semakin tinggi ketika musiknya belum berhenti saat jam
menunjukan setengah sebelas malam. Akupun memberanikan diri mengetuk pintunya
dan mengingatkanya agar mengecilkan volume musiknya “Bartz, boleh mo se kecil
tu spiker soalnya kita jabeking tugas deng so sadiki lat ini”
Kemudian dia merespon perkataanku dengan nada yang sedikit keras “oh iyo,
sorry neh bro nga katu jabeking tugas kita so ganggu. Mar nda guna kwa ngana
mobeking tugas ehhh ujung-ujungnya ngana mo ba klar musti mo bayar. Deng banyak
kita ja lia skarang klar cepat lantaran banyak doi”
Aku melihat laki-laki ini sudah terpengaruh dengan alcohol ketika dia
berbicara tercium bau alcohol dalam mulutnya. Pikirku tak guna berbicara dengan orang yang mabuk kemudian aku membalasnya dengan senyum dan berkata “ohhww… so mo pi
seblah dang kita neh banyak kwa tugas”
“ok dang bro”
Akupun kembali ke kamarku dengan perlahan-lahan karena
sentakan yang biasa akan mengeluarkan bunyi yang kuat ketika berada di bawah
rumah. Di bawah rumah ada yang sementara tidur. Aku pun melanjutkan tugas
yang sementara dibuat dan ditemani cicak yang berukuran besar yang menempel
di dinding seakan ingin membantuku membat tugas. sementara asik mengetik lampu kamarku tiba-tiba mati. dan menurutku lampu yang baru ku ganti
beberapa hari yang lalu itu kembali putus dan akupun pergi keluar rumah mencari
kios yang paling dekat. Tak sadar saat itu waktu sudah
tengah malam dan sudah tak ada satupun kios yang di buka. Aku memutuskan
untuk kembali dan sisa batrey laptop akan digunakan untuk mendengar
music dengan menggunakan headset. Music itu membawaku di alam bawah sadar dan
membuat mata yang awalnya terbuka lebar seakan tak bisa lagi di buka. akupun
terlelap.
tiba-tiba aku melihat satu cahaya yang kecil menghintari kamarku seakan
ingin membakar kamar ini. dia melewati buku-buku yang ada di atas mejaku dan cahaya
itu mengikuti huk-huk buku-bukuku.
Akupun melihat tempat yang cahaya itu lewati menyala aku takut melihat itu dan
perasaanku kamar ini akan terbakar dengan cahaya yang tak kutahu dari mana
asalnya. Otakku mengolahnya sampai aku menyimpulkan bahwa itu adalah cahaya
api. Cahaya itu kembali melayang dan berada didalam balon lampu yang tadi
mati. balon itu bergoyang-goyang dan tiba-tiba dia dengan kecepatannya menusuk
jantungku dan saat itu badanku seakan di ikat dengan tali dan aku tak bisa
menggerakannya mulutkupun enggan mengeluarkan suara, aku berusaha berteriak
tapi tak bisa keluar suara. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan badanku saat
ini. aku berusaha sekuat tenaga menggerakan kakiku yang takancing untuk kembali bergerak dan saat kakiku bisa digerakan
kembali badanpun kembali normal dan aku berpikir kejadian tadi adalah
nyata dan aku merasakan kakiku kedinginan dan tanganku merasakan keram karena badanku menjepit tangan
kiriku ketika sedang tidur. Baru ku sadari ternyata aku tertidur disaat pintu
kamarku terbuka saat aku hendak berdiri hendak menutup pintu itu, aku melihat
ada orang di belakan pintu kamarku dan aku tak mengenalinya hanya bentuknya aku
bisa tahu bahwa itu adalah manusia “tapi mengapa pria ini berada di balik
pintuku di saat seperti ini?” pikirku.
Sejanak aku berdiam dan berusaha mengenali pria yang ada dibalik pintu
itu dan bulu-bulu nyawaku mulai
berdiri. Perasaan takut muncul saat pria itu hanya diam dan ketika aku
hendak mendekatinya tiba-tiba pria yang ada dibalik pintu itu dengan cepat
menyambarku dan saat itu juga aku menyimpulkan bahwa itu adalah hantu. Aku terjatuh saat bayangan itu menabrakku. Akupun berlari menuju kamar Bartz
dan sedikit keras aku mengetuk pintunya karena pikiranku saat itu sudah penuh
dengan ketakutan “Bartz… Bartz…. Bartz buka kwa eh nda lama” kira-kira ketukan
kesepuluh ada suara terdengar dari dalam kamar “kiapa?”
“buka kwa ehh nda lama”
Diapun membuka pintu kamar dan aku melihat ada seorang wanita berada di
kamarnya dan aku sudah tak lagi menghiraukan itu dan langsung mengambil
segelas air untuk diminum dan “kiapa re’ ngana?” Tanya Bartz dengan muka yang
kelihatan mengantuk.
“ada bayang da tabrak kita kong rubu di kamar” jawabku dengan perasaan
yang masih terbawa dengan ketakutan.
“hee seker, Cuma ki’ing da mimpi ngana kong ngana bilang bagitu
kendo’on” balasnya dengan respon yang tak percaya.
“sungguh mati kita nda da ba dusta! Sedangkan pertama kita da tidor kong
kiapa ona’ kita da lia-lia ada cahaya ja baba terbang didalam kamar, mar kita
tahu kita da tidor itu cuma sama deng nda da tidor kong kage-kage tu cahaya itu
ba maso kage pa kita pe badan kong so nda mo ta bagera kita deng so baba taria
nda jakaluar suara deng kita pe kaki so ta kancing ...” aku berusaha memberikan
penjelasan mengenai kejadian yang baru ku alami tadi dan akhirnya dia mulai
percaya dengan penjelasanku.
“ohh da katindisang koreeng ngana ehh. Bahaya eta’ tu bagitu eh minggu
lalu ada kita pe tamang da katindisang kong mati lantaran dia so nda da ta
bangong” ucapnya.
Kemudian kembali dia bertanya “kong bagimana tu ngana da tabrak bayang?
Manjo torang pi pa ngana pe kamar.”
Kemudian aku menjelaskan ulang insiden yang terjadi tadi sembari kami
menuju ke kamarku dan ketika di kamarku kami tak melihat apa-apa yang ada
hanyalah kegelapan. “kiapa reen gelap?” tanyanya.
“nda tahu ehhh da kage-kage da putus kwa tu balon kong kita pasang lagu di
laptop kong tidor. Kita mo tidor pa ngana neh kalu boleh”
Kemudian Bartz mengatakan “ada ta pe maitua situ ehh. Mar bole yah.”
Kamipun kembali ke kamarnya sambil bertanya “batz, ibu kos ja marah onah
ja antar cewe disini ehh apalagi so tidor sama-sama?”
Dengan wajah yang sedikit kesal dengan pertanyaanku dia
menjawab “so itu ba diam, kita da kase maso baba diam kwa dia”
Melihat expresi dan gayanya yang sedikit kesal, akupun tak melanjutkan
pembicaraan itu dan langsung masuk di kamar dan aku tidur di kasur yang ada di
sebelah mereka berdua dan dengan harapan tak akan terjadi lagi mimpi buruk dan setan yang mencobaiku.
Tataaran, 28 juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar