Laman

Rabu, 23 November 2016

KATINDISANG



Malam ini adalah malam yang seperti biasa. Malam yang selalu mengganggu pekerjaanku ketika ingin membuat tugas kuliah. kebisingan yang dibuat oleh teman yang ada disebelah kamarku selalu menggangguku. Setiap malam aku merasakan kebisingan seperti ini music yang begitukeras diperdengarkan sehingga membuat kegaduhan disekitar kamarnya dan tak terkecuali kamarku yang hanya berdampingan. Dalam hatiku bertanya “apakah anak yang satu ini tidak ada tugas kuliah?” semenjak kamarku berdekatan dengan dia 3 tahun lalu, aku tak pernah melihatnya membuat tugas kuliah. “kasihan orang tuanya yang membanggakannya di kampung sementara dianya tak pernah mengingat perjuangan orang tua dalam membawanya di kampus” gumamku dalam hati.
Rasa kesalku semakin tinggi ketika musiknya belum berhenti saat jam menunjukan setengah sebelas malam. Akupun memberanikan diri mengetuk pintunya dan mengingatkanya agar mengecilkan volume musiknya “Bartz, boleh mo se kecil tu spiker soalnya kita jabeking tugas deng so sadiki lat ini”
Kemudian dia merespon perkataanku dengan nada yang sedikit keras “oh iyo, sorry neh bro nga katu jabeking tugas kita so ganggu. Mar nda guna kwa ngana mobeking tugas ehhh ujung-ujungnya ngana mo ba klar musti mo bayar. Deng banyak kita ja lia skarang klar cepat lantaran banyak doi”
Aku melihat laki-laki ini sudah terpengaruh dengan alcohol ketika dia berbicara  tercium bau alcohol dalam mulutnya.  Pikirku tak guna berbicara dengan orang yang  mabuk kemudian aku membalasnya dengan senyum dan berkata “ohhww… so mo pi seblah dang kita neh banyak kwa tugas”
“ok dang bro”
Akupun kembali ke kamarku dengan  perlahan-lahan karena sentakan yang biasa akan mengeluarkan bunyi yang kuat ketika berada di bawah rumah. Di bawah rumah ada yang sementara tidur. Aku pun melanjutkan tugas yang sementara dibuat dan ditemani cicak yang berukuran besar yang menempel di dinding seakan ingin membantuku membat tugas. sementara asik mengetik lampu kamarku tiba-tiba mati. dan menurutku lampu yang baru ku ganti beberapa hari yang lalu itu kembali putus dan akupun pergi keluar rumah mencari kios yang paling dekat. Tak sadar saat itu waktu sudah tengah malam dan sudah tak ada satupun kios yang di buka. Aku memutuskan untuk kembali dan sisa batrey  laptop akan digunakan untuk mendengar music dengan menggunakan headset. Music itu membawaku di alam bawah sadar dan membuat mata yang awalnya terbuka lebar seakan tak bisa lagi di buka. akupun terlelap.
tiba-tiba aku melihat satu cahaya yang kecil menghintari kamarku seakan ingin membakar kamar ini. dia melewati buku-buku yang ada di atas mejaku dan cahaya itu mengikuti huk-huk buku-bukuku. Akupun melihat tempat yang cahaya itu lewati menyala aku takut melihat itu dan perasaanku kamar ini akan terbakar dengan cahaya yang tak kutahu dari mana asalnya. Otakku mengolahnya sampai aku menyimpulkan bahwa itu adalah cahaya api. Cahaya itu kembali melayang dan berada didalam balon lampu yang tadi mati. balon itu bergoyang-goyang dan tiba-tiba dia dengan kecepatannya menusuk jantungku dan saat itu badanku seakan di ikat dengan tali dan aku tak bisa menggerakannya mulutkupun enggan mengeluarkan suara, aku berusaha berteriak tapi tak bisa keluar suara. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan badanku saat ini. aku berusaha sekuat tenaga menggerakan kakiku yang takancing untuk kembali bergerak dan saat kakiku bisa digerakan kembali badanpun kembali normal dan aku berpikir kejadian tadi adalah nyata dan aku merasakan kakiku kedinginan dan tanganku merasakan keram karena badanku menjepit tangan kiriku ketika sedang tidur. Baru ku sadari ternyata aku tertidur disaat pintu kamarku terbuka saat aku hendak berdiri hendak menutup pintu itu, aku melihat ada orang di belakan pintu kamarku dan aku tak mengenalinya hanya bentuknya aku bisa tahu bahwa itu adalah manusia “tapi mengapa pria ini berada di balik pintuku di saat seperti ini?” pikirku.  Sejanak aku berdiam dan berusaha mengenali pria yang ada dibalik pintu itu dan bulu-bulu nyawaku mulai berdiri. Perasaan takut muncul saat pria itu hanya diam dan ketika aku hendak mendekatinya tiba-tiba pria yang ada dibalik pintu itu dengan cepat menyambarku dan saat itu juga aku menyimpulkan bahwa itu adalah hantu. Aku terjatuh saat bayangan itu menabrakku. Akupun berlari menuju kamar Bartz dan sedikit keras aku mengetuk pintunya karena pikiranku saat itu sudah penuh dengan ketakutan “Bartz… Bartz…. Bartz buka kwa eh nda lama” kira-kira ketukan kesepuluh ada suara terdengar dari dalam kamar “kiapa?”
“buka kwa ehh nda lama”
Diapun membuka pintu kamar dan aku melihat ada seorang wanita berada di kamarnya dan aku sudah tak lagi menghiraukan itu dan langsung mengambil segelas air untuk diminum dan “kiapa re’ ngana?” Tanya Bartz dengan muka yang kelihatan mengantuk.
“ada bayang da tabrak kita kong rubu di kamar” jawabku dengan perasaan yang masih terbawa dengan ketakutan.
“hee seker, Cuma ki’ing da mimpi ngana kong ngana bilang bagitu kendo’on” balasnya dengan respon yang tak percaya.
“sungguh mati kita nda da ba dusta! Sedangkan pertama kita da tidor kong kiapa ona’ kita da lia-lia ada cahaya ja baba terbang didalam kamar, mar kita tahu kita da tidor itu cuma sama deng nda da tidor kong kage-kage tu cahaya itu ba maso kage pa kita pe badan kong so nda mo ta bagera kita deng so baba taria nda jakaluar suara deng kita pe kaki so ta kancing ...” aku berusaha memberikan penjelasan mengenai kejadian yang baru ku alami tadi dan akhirnya dia mulai percaya dengan penjelasanku.
“ohh da katindisang koreeng ngana ehh. Bahaya eta’ tu bagitu eh minggu lalu ada kita pe tamang da katindisang kong mati lantaran dia so nda da ta bangong” ucapnya.
Kemudian kembali dia bertanya “kong bagimana tu ngana da tabrak bayang? Manjo torang pi pa ngana pe kamar.”
Kemudian aku menjelaskan ulang insiden yang terjadi tadi sembari kami menuju ke kamarku dan ketika di kamarku kami tak melihat apa-apa yang ada hanyalah kegelapan. “kiapa reen gelap?” tanyanya.
“nda tahu ehhh da kage-kage da putus kwa tu balon kong kita pasang lagu di laptop kong tidor. Kita mo tidor pa ngana neh kalu boleh”
Kemudian Bartz mengatakan “ada ta pe maitua situ ehh. Mar bole yah.”
Kamipun kembali ke kamarnya sambil bertanya “batz, ibu kos ja marah onah ja antar cewe disini ehh apalagi so tidor sama-sama?”
Dengan wajah yang sedikit kesal dengan pertanyaanku dia menjawab “so itu ba diam, kita da kase maso baba diam kwa dia”
Melihat expresi dan gayanya yang sedikit kesal, akupun tak melanjutkan pembicaraan itu dan langsung masuk di kamar dan aku tidur di kasur yang ada di sebelah mereka berdua dan dengan harapan tak akan terjadi lagi mimpi buruk dan setan yang mencobaiku.


Tataaran, 28 juli 2014

Tidak ada komentar: